Jakarta –
Sebuah klub pantai di Bali menjadi sorotan. Saat masyarakat Bali melaksanakan upacara keagamaan Hindu, mereka ngotot untuk menyalakan kembang api. Begini caranya:
Kembang api di Pantai Berawa di Kuta Utara, Bali menuai kontroversi. Finho Beach Club menyalakan kembang api saat umat Hindu mengadakan upacara keagamaan di pantai, media sosial mengabadikan pesta kembang api di Pantai Berawa.
Berdasarkan video yang beredar, ada beberapa kali pertunjukan kembang api pada upacara Ida Sulinggih dalam paket puja pamiosan. Masyarakat yang mengikuti upacara ini tidak bisa melihat cahaya api yang meledak di hadapan mereka.
Meski demikian, Ida Sulinggih tetap berdoa dan beribadah. Bunyi bel diselingi gemuruh kembang api. Suasana yang seharusnya tenang, malah menjadi riuh. Anda juga bisa mendengarkan musik dansa elektronik (EDM) dari kejauhan.
Warga mengatakan, klub tersebut mengadakan pertunjukan kembang api hampir setiap hari. Warga setempat mengutarakan kebarat-baratannya, namun pengelola tempat hiburan mengabaikannya.
Kelian Adat Berawa I Wayan Kumarayasa mengatakan pada Rabu (10/10/): “Kami mendapat surat dari sekelompok masyarakat adat Banjar yang setiap hari menolak melakukan kembang api. Namun permintaan kami tidak pernah didengar dan kami terus melakukan kembang api setiap hari. hari. kami memberi”. 16). 2024).
Festival Kembang Api Pantai Berava belakangan ini menjadi pusat perhatian masyarakat. Sebuah video pesta kembang api di kawasan wisata itu viral di media sosial karena bertepatan dengan upacara keagamaan yang digelar umat Hindu setempat.
Kumarayasa mengatakan, warga sudah lama mengeluhkan suara kembang api. Menurut dia, pihak manajemen beach club ngotot mengadakan pesta kembang api di pantai karena izin polisi.
“Setiap kami menyampaikan pengaduan ke pihak pengelola, mereka selalu memberikan surat kepada kami. Dalam surat tersebut disebutkan bahwa pihak manajemen sudah mendapat izin dari polisi untuk membuat kembang api. Apa yang harus kami lakukan,” kata Kumarayasa.
Kumarayasa belum mengetahui pasti apakah pihak pengelola beach club dan warga Banjar Adat (Kanggu) Tegal Gundul sempat berkomunikasi usai upacara keagamaan di Pantai Berawa. Dalam video yang beredar, Ida Sulinggih dengan khidmat melakukan puja di pesta pamiosan di Pantai Berawa.
Beberapa saat kemudian, kembang api meledak berulang kali disertai petir dan kilatan cahaya. Masyarakat yang mengikuti upacara ini tidak bisa melihat cahaya kembang api yang meledak di dekat mereka.
Sementara Ida Sulinggih terus melantunkan mantra dan melanjutkan puja. Bunyi bel disusul dengan serangkaian ledakan. Musik dansa elektronik (EDM) terdengar pelan di kejauhan, pertanda para wisatawan mengeluhkan kebisingan tersebut.
Selain kembang api yang kontroversial, warga juga mengeluhkan kebisingan dari Fin Beach Club. Kebisingan itu terdengar hingga subuh.
“Anda bahkan tidak perlu mendengar musiknya dengan jelas,” kata Kumarayasa.
Diakui Kumarayasa, musik yang berasal dari beach club terkadang terdengar jelas di rumah-rumah masyarakat. Menurut dia, pengelola tempat hiburan sebaiknya mengatur volume musik secukupnya agar tidak mengganggu warga.
Maksudnya, musik itu seharusnya hanya ada. Tidak boleh melebihi suara musik, ujarnya.
Kumarayasa menyebut situasi ini sebuah ironi. Di satu sisi, masyarakat senang dengan kemajuan desanya. Di sisi lain, pengelola tempat hiburan juga diminta memperhatikan kenyamanan warga.
“Jarak rumah saya ke beberapa beach club sekitar 500 meter. Bahkan sampai jam 12 malam, terdengar sampai jam 12 malam. Kalau bisa jangan main musik,” pintanya.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali I Nyoman Kenak menyayangkan adanya pesta kembang api di beach club saat umat Hindu menggelar upacara keagamaan di Pantai Berawa, Kuta Utara, Badung. PHDI Bali kini sedang menyelidiki panitia penyelenggara atraksi kembang api tersebut.
Kenak mengatakan, kembang api tersebut merupakan bentuk pelecehan saat sembahyang umat Hindu di pantai Berawa. Minimal harus segera berkomunikasi, kata Kenak, Rabu (16/10/2024).
Kenak menyadari kejadian tersebut mengancam perkembangan pariwisata di Pulau Dewata. Menurut dia, sebaiknya pihak penyelenggara berkoordinasi dengan desa adat setempat sebelum menggelar pesta kembang api di kawasan wisata. Selain itu, waktunya bertepatan dengan upacara keagamaan yang diadakan oleh masyarakat setempat.
“Kami meyakini setiap upacara keagamaan harus dikoordinasikan dengan desa adat dan Pekalang, termasuk kawasan wisata,” ujarnya.
PHDI Bali meminta kasus tersebut diselidiki polisi atau Satpol PP. “Dan tentunya kami akan segera bertindak sesuai aturan,” tutupnya
Pj Gubernur Bali Sangh Made Mahendra Jaya pun menyatakan penyesalannya atas kejadian tersebut. Pemerintah Provinsi Bali (Pemprov) langsung mengundang penyelenggara pesta kembang api tersebut.
“Kami sangat menyayangkan adanya pertunjukan kembang api pada upacara keagamaan Hindu. Karena videonya sudah viral, sangat tidak pantas,” kata Mahendra kepada detikBali, Rabu (16/10/2024).
Mahendra menjelaskan, Satpol PP Provinsi Bali sedang meminta klarifikasi dari banyak negara terkait perayaan kembang api tersebut. Ia menegaskan, industri pariwisata di Bali dibangun di atas budaya.
Bukan untuk kemeriahan kembang api, imbuh mantan pejabat khusus Kementerian Dalam Negeri itu.
Sebelumnya, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bali Grace Anastasia Surya Widjaja juga mengkritik pesta kembang api tersebut. Grace mengatakan Bali dikenal sebagai daerah yang penuh toleransi. Namun, dia menyayangkan kembang api tersebut dinyalakan saat ibadah umat Hindu.
“Jika memang disengaja dan disengaja ketika orang India melakukan ritual ini, saya mengutuk keras tindakan itu,” kata Grace.
——-
Artikel ini dimuat di detikBali. Simak video “Kemenparekraf siap selidiki beach club Sanur penyebab kemacetan” (wsw/wsw)