Jakarta –
Rencana Indonesia bergabung dengan kelompok BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan) memicu perdebatan sengit di kalangan pengguna internet. Perbedaan pendapat baik yang pro maupun yang kontra disebarkan di media sosial sehingga menimbulkan wacana publik yang menarik untuk disimak.
Mereka yang mendukung hal ini memandang bergabungnya Indonesia dengan BRICS sebagai langkah strategis. Mereka memperkirakan BRICS menawarkan sejumlah keuntungan, salah satunya adalah meningkatkan kekuatan negosiasi Indonesia di kancah internasional.
Selain itu, BRICS telah menjadi kekuatan ekonomi yang semakin berpengaruh. Dengan bergabung, Indonesia dapat mendiversifikasi perekonomian dan memperluas pasarnya.
“Bergabung dengan BRICS tidak berarti Indonesia memilih salah satu pihak, namun memperkuat posisinya sebagai jembatan antara negara maju dan berkembang, dengan komitmen untuk memperkuat ketahanan pangan dan energi serta kemiskinan di Dunia Selatan.” kata @LembagaKERIS.
“Indonesia sepakat dengan BRICS untuk menjalin jaringan kemitraan kerja sama dengan negara atau organisasi lain untuk memperkuat fondasi perekonomian Indonesia,” kata @insanisyah1.
“Bergabung dengan BRICS bukan berarti meninggalkan prinsip non-blok. Indonesia tetap bisa menerapkan kebijakan ‘bebas aktif’ dengan peluang akses ekonomi dan teknologi yang lebih luas, tanpa terikat pada blok tertentu,” tulis @IwaanAkhmad.
“Pertanyaan yang sangat menarik! Masuknya Indonesia ke dalam BRICS dapat menjadi langkah strategis yang memberikan peluang besar untuk memperkuat posisi ekonomi Indonesia di kancah internasional, khususnya di kalangan negara berkembang. Namun, kita juga harus kritis terhadap tantangan-tantangan yang mungkin kita hadapi. , misalnya menjaga kebijakan kedaulatan dan menjamin keseimbangan antara kepentingan internal dan aliansi global, dan kita berharap langkah ini dipikirkan secara matang, demi kemaslahatan rakyat dan keberlangsungan perekonomian nasional 💡🇮🇩 .” @masbadar.Kontra menjelaskan.
Di sisi lain, ada pula kelompok yang mengungkapkan keprihatinan dan penolakannya terhadap rencana tersebut. Beberapa argumen yang mereka kemukakan antara lain BRICS didominasi oleh Tiongkok dan Rusia. Ada kekhawatiran Indonesia akan terjerumus ke dalam pengaruh kedua negara tersebut sehingga mengancam kemerdekaan dan kepentingan nasional Indonesia.
Potensi konflik kepentingan dengan negara-negara Barat. Bergabungnya BRICS dikhawatirkan akan merugikan hubungan baik Indonesia dengan negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat.
“Dengan masuknya India ke dalam BRICS, India menjadi bergantung pada Tiongkok. Tampaknya menguntungkan, meski dirantai. Jika perekonomian terkendali, maka politik juga mudah dikendalikan. Lihatlah euro, yang memiliki perekonomian terkuat. ,” kata @StevenRianto. “Kebijakan politik.”
@_lonewolfffs berkata: “BRICS pada dasarnya bersifat politis. Saya pikir ada lebih banyak keuntungan jika mempertahankan non-blok, terutama karena politik internasional sedang panas-panasnya menyusun strategi untuk memaksimalkan keuntungan kita melalui netralitas.”
“Saya salah satu pihak yang tidak setuju Indonesia harus bergabung dengan BRICS. Hal ini akan membahayakan hubungan kita dengan negara-negara Barat (terutama Amerika Serikat, Uni Eropa, Australia, Inggris dan Kanada), Jepang dan Korea Selatan. . @initialb0007 berkata: “ Kami bergantung pada mereka (BRICS).”
“India sebenarnya tidak dilarang, ikut BRICS namanya ngadi-ngadi,” kata @lnb_yvv. Saksikan video “Video: Menlu Sugiono jelaskan alasan keinginan Indonesia bergabung dengan BRICS” (afr/afr)