Jakarta –
Dua mahasiswa Kedokteran Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), Isti Anindya dan Farida Dwi Handayani menjadi perwakilan Indonesia pada konferensi penelitian mahasiswa kesehatan global, 12-13 Oktober di Berlin, Jerman. Begitu pula perwakilan FK UI adalah Dr. Ardiana Kusumaningrum Sp.MK (K) yang merupakan Guru Besar Mikrobiologi.
Tiga di antaranya berangkat ke Berlin, didanai penuh oleh Akkon University dan FK UI, asisten utama Prof. Dr. Timo Ulrich, Profesor Imunologi dengan spesialisasi mikrobiologi dan epidemiologi penyakit menular di Jerman.
Dalam konferensi tersebut, Isti memaparkan hasil penelitiannya mengenai Cytomegalovirus dan Autism Spectrum Disorder.
Farida meliput topik Leptospirosis di Demak, Jawa Tengah, dan Ardiana memaparkan analisis mikrobiologi sistem saraf pusat pada kelompok pasien HIV dan non-HIV. Dalam pemaparannya, Ardiana menyampaikan bahwa orang tanpa HIV sering terkena TBC, dan orang dengan HIV terkena toksoplasmosis dan kriptokokosis.
Sementara itu, Isti Anindya dalam pemaparannya menyimpulkan bahwa infeksi CMV (Cytomegalovirus) berhubungan dengan peningkatan sitokin pada anak dengan gangguan jiwa sehingga mempengaruhi kebiasaan makan dan rasa ingin tahunya. Ia melakukan penelitian pada anak autis usia 2-5 tahun.
“Jadi penting untuk melakukan vaksinasi CMV pada anak ASD,” kata Isti yang kini duduk di bangku semester 5 itu, kepada detikcom melalui aplikasi WhatsApp, Minggu (13/10/2024) malam.
Isti, lulusan Biologi UGM, ingin mendalami autisme karena putri sulungnya, Fayyaza (Ayya), didiagnosis mengidap ASD (Autism Spectrum Disorder) saat ia berusia 2 tahun. Ayya, 12 tahun, saat ini duduk di bangku kelas 5 SD Tunas Global, Depok.
Sejak tahun 2022, Isti menerima Indonesia Advanced Research and Development Fund (RIIM) BRIN untuk melakukan penelitian PhD dengan topik kesehatan mental di FK UI. Penelitiannya berjudul “Profil Sitokin IL-1β dan IL-6 dengan SNP IL-1β rs1143634 dan IL-6 rs1800796 pada Anak Seropositif CMV dengan Gangguan Spektrum Autisme (ASD) dan Hubungannya dengan Kondisi Autisme.”
Masalah-masalah ini diterbitkan dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat menjaga stabilitas pada anak autis. Sebaliknya jika daya tahan tubuh anak kurang baik maka dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya bahkan membuat anak autis.
“Saya bersyukur atas kehadiran Ayya. Beliau lahir dan memberi saya banyak inspirasi. Tanpa kehadiran Ayya, saya mungkin tidak bisa menjadi ilmuwan yang fokus pada bidang autisme,” kata Isti.
Pada jenjang Magister 2014-2016, perempuan kelahiran Salido, Sumatera Barat, 21 November 1989 ini menempuh studi ilmu biomedis di Program Pascasarjana FK-UGM.
Isti dan dua temannya terpilih untuk mengikuti Simposium dan Konferensi Kesehatan Dunia tahunan di Berlin pada akhir April lalu. Proses seleksi diawasi langsung oleh Direktur Pendidikan Prof. Dr. Asmarinah, MS. Keberangkatan mereka dari Acre University dan FK UI.
Selain Indonesia, pertemuan tersebut dihadiri oleh perwakilan Kanada, Kenya, Jamaika, Meksiko, Antigua, Armenia, Azerbaijan, Georgia, Ukraina, Yaman, Pakistan, dan Jerman. Mereka juga diundang untuk menghadiri Konferensi Tahunan Kesehatan Global di Berlin, 13-15 Oktober, di JW Marriott.
Dalam acara ini, seluruh peserta bebas memilih topik yang sesuai dengan penelitiannya. Sebagai peneliti autisme di Indonesia, Isti Anindya telah memilih topik seperti ‘Anak dan Diskriminasi’, ‘Kesehatan yang Baik bagi Penyandang Disabilitas’, ‘Promosi Kesehatan’ dan ‘Kesehatan Global Melalui Layanan Global’. Saksikan video “Penderitaan Spektrum Autisme Sia” (kna/kna)