Jakarta –
Posisi penasihat khusus presiden, termasuk bidang kesehatan, pun menjadi sorotan. Pasalnya, posisi seperti itu tidak ditemukan pada pemerintahan sebelumnya.
Di kabinet Merah Putih Prabowo-Gibran, Terawan Agus Putranto resmi dilantik menjadi Penasihat Khusus Presiden bidang Kesehatan. Meski belum bisa dijelaskan secara detail apa yang akan dilakukannya, sejumlah pakar menilai kehadiran Terawan seharusnya bisa memberikan dampak positif di bidang kesehatan.
Apakah itu perlu atau tidak?
Peneliti keamanan kesehatan global Dicky Budiman mengatakan, posisi seperti ini sebenarnya tidak hanya ada di Indonesia. Terkait negara berkembang, banyak pakar terkenal yang menjadi penasihat presiden.
“Di Amerika Serikat, Dr. Anthony Fauci, seorang pakar penyakit menular, berperan sebagai kepala penasihat kesehatan presiden di masa pandemi COVID-19. Jabatan ini penting dalam memberikan nasihat berbasis sains kepada presiden,” jelas Dicky. . kepada detikcom Selasa (22 Oktober 2024).
Demikian pula di negara maju lainnya, seperti Inggris, terdapat Chief Medical Officer (CMO) yang bertugas sebagai kepala penasihat kesehatan pemerintah. CMO dalam hal ini harus memberikan nasihat dan bimbingan mengenai masalah kesehatan masyarakat dan kebijakan kesehatan.
Sementara itu, Selandia Baru kerap menunjuk seseorang sebagai penasihat khusus atau kelompok ahli untuk menangani isu-isu seperti COVID-19 dan peraturan lainnya. Dicky menyambut baik posisi penasihat di bidang kesehatan yang menurutnya dapat memperkuat strategi negara dalam menerapkan kebijakan berdasarkan bukti ilmiah.
“Dalam konteks Indonesia, posisi ini sebenarnya bisa menjadi strategis dalam memperkuat respon nasional terhadap berbagai permasalahan kesehatan yang masih menjadi tantangan besar, seperti pengendalian penyakit menular, penguatan sistem kesehatan, dan persiapan menghadapi ancaman kesehatan global di masa depan.” lanjutnya.
BERIKUTNYA: Apa pekerjaannya?
Simak video “Video: Mantan Menkes Terawan Kembali ke Kabinet, Kini Jadi Penasihat Prabowo” (naf/naf)