Jakarta –

Tisu bambu berkualitas tinggi MIUTISS baru-baru ini meraih prestasi luar biasa dengan meraih rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai tisu bambu putih pertama di Indonesia. Pencapaian ini tidak hanya menjadi pengakuan atas keunikan produknya, namun juga menjadi tonggak penting perjalanan industri tisu dalam negeri yang lebih fokus pada aspek ramah lingkungan.

Anda mungkin bertanya-tanya apakah penting bagi kita untuk mengubah kebiasaan menggunakan kertas tisu berbahan dasar pulp kayu menjadi kertas tisu bambu? Mari kita lihat fakta ini!

Seperti yang diketahui, saat ini bahan dasar pembuatan kertas tisu adalah kayu. Kayunya terlebih dahulu diolah menjadi pulp kertas, pulp daur ulang, atau pulp bersih (virgin pulp).

Satu pohon bisa menghasilkan 1.500 gulungan tisu toilet. Walaupun rasio ini tinggi, namun perlu dipahami bahwa konsumsi tisu sendiri sangat besar, tentunya untuk memenuhi kebutuhan konsumen maka produksi tisu memerlukan penebangan ribuan pohon setiap harinya.

Berdasarkan perhitungan global, WWF memperkirakan 270.000 pohon ditebang dalam satu hari untuk menghasilkan jaringan yang akhirnya berakhir di sampah. Dampak dari jaringan ini akan sangat berdampak pada masalah lingkungan, penebangan pohon untuk membuat jaringan tersebut tentunya akan menyebabkan erosi, penggundulan hutan akan menyebabkan kebakaran dan menurunnya kualitas oksigen.

Dengan kata lain, jika terus menggunakan tisu berbahan kayu akan berdampak buruk bagi lingkungan dan berbahaya bagi masa depan bumi kita.

Keunggulan tisu bambu: pilihan alami dan ekologis

Bambu sebagai bahan tisu primer mempunyai keunggulan alami yang tidak dimiliki bahan konvensional seperti kayu. Bambu dikenal sebagai salah satu tanaman dengan pertumbuhan tercepat di dunia, sehingga membuatnya lebih ramah lingkungan dibandingkan pohon yang digunakan untuk memproduksi pulp kayu.

Selain itu, bambu dapat tumbuh tanpa menggunakan pestisida dan bahan kimia berbahaya, sehingga tisu bambu menyediakan tisu yang lebih bersih dan aman untuk penggunaan sehari-hari, kesehatan manusia, dan alam.

1. Antibakteri alami

Bambu memiliki sifat antibakteri alami yang memberikan perlindungan tambahan terhadap perkembangan mikroorganisme di jaringan. Sifat antibakteri tersebut tidak hanya bermanfaat bagi kebersihan kulit, tetapi juga membuat produk dapat disimpan lebih lama tanpa perlu menambahkan bahan kimia sintetis.

2. Hypoallergenic dan aman untuk kulit sensitif

Tisu bambu dikenal hipoalergenik, artinya risiko alergi kulit rendah. Berkat sifat lembut alami dari serat bambu, tisu bambu cocok digunakan oleh anak-anak dan orang dewasa dengan kulit sensitif, serta orang yang rentan mengalami iritasi kulit saat menggunakan tisu berbahan ampas kayu.

3. Lebih lambat dan lebih kuat

Diketahui bahwa kertas tisu bambu lebih lembut dibandingkan kertas tisu kayu sehingga lebih nyaman digunakan. Namun kelembutan tersebut tidak mengurangi keawetannya.

Tisu bambu juga lebih kuat terutama saat basah sehingga dapat digunakan dengan lebih efisien tanpa putus.

4. Penyerapan lebih baik

Karena strukturnya yang unik, jaringan bambu memiliki daya serap yang lebih tinggi dibandingkan jaringan pulp kayu. Hal ini membuat tisu bambu lebih mudah menyerap cairan sehingga lebih ekonomis penggunaannya.

5. Tidak ada yang tersisa

Karena serat bambu padat, maka jaringan bambu mempunyai kekuatan tarik yang tinggi, kepadatan yang rendah dan elastisitas yang tinggi. Artinya, saat digunakan pada kulit, tisu bambu tidak meninggalkan residu yang dapat merusak kulit. Tisu bambu bebas residu cocok untuk kulit sensitif.

Perbedaan jaringan bambu dan jaringan pulp kayu

Perbedaan utama antara tisu bambu dan tisu pulp kayu adalah bahan baku yang digunakan dan proses produksinya. Kain pulp kayu biasanya dihasilkan dari pohon yang tumbuh bertahun-tahun, sedangkan bambu merupakan tanaman yang tumbuh cepat, hanya dalam beberapa bulan.

Namun perbedaan ini lebih dari sekedar masalah waktu pertumbuhan. Mari kita lihat lebih dekat perbandingan kedua jenis jaringan ini.

1. Keberlanjutan dan dampak terhadap lingkungan

Pohon yang digunakan untuk memproduksi pulp kayu biasanya tumbuh selama 15–30 tahun sebelum dapat dipanen. Sedangkan bambu tumbuhnya lebih cepat, mungkin memerlukan waktu 3-5 tahun baru bisa dipanen.

Selain itu, pohon harus ditebang seluruhnya untuk diambil ampasnya, dan pemanenan bambu bisa lebih efisien karena batang bambu yang dipotong dapat tumbuh kembali dengan cepat tanpa perlu penanaman kembali.

2. Pengolahan yang lebih ramah lingkungan

Proses pengolahan jaringan pulp kayu seringkali membutuhkan air dalam jumlah besar dan bahan kimia yang berdampak negatif terhadap lingkungan. Di sisi lain, proses pembuatan tisu bambu lebih hemat energi dan menghasilkan lebih sedikit limbah kimia, sehingga lebih baik bagi lingkungan secara keseluruhan.

3. Kualitas dan kenyamanan pengguna

Jaringan pulp kayu, meskipun keras, biasanya lebih kasar dibandingkan jaringan bambu. Hal ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan dalam penggunaan, terutama pada kasus kulit sensitif.

Kain yang terbuat dari bambu lebih lembut, memberikan kenyamanan lebih bagi penggunanya tanpa kehilangan kekuatan. Meski dalam kondisi lembab, jaringan bambu tetap kuat dan tidak mudah patah.

Jaringan ekologi dan biodegradable di Indonesia MIUTISS saat ini fokus pada pencapaian kesejahteraan lingkungan melalui hilirisasi, salah satunya aspek sumber daya alam (SDA). Indonesia diketahui kaya akan sumber daya alam, salah satunya bambu.

Bambu merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) di Indonesia yang dapat memberikan solusi sebagai tanaman yang cepat tumbuh dan mampu menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar. Kemampuan regeneratifnya yang kuat menjadikan bambu sebagai bahan dasar yang ideal untuk berbagai produk, termasuk kertas tisu. Selain itu bambu mempunyai keunggulan sebagai bahan dasar, eco-friendly (produk ramah lingkungan) dan biodegradable (bahan yang dapat terurai secara alami).

MIUTISS, sebagai produk berbahan bambu, berkomitmen terhadap ESG (Environment, Social and Governance). Saat memproduksi tisu bambu, ESG berperan penting untuk memastikan bahwa produk tersebut tidak hanya berkualitas tinggi, namun juga memberikan dampak positif terhadap lingkungan dan masyarakat.

1. Lingkungan (lingkungan)

Penggunaan bambu sebagai bahan dasar membantu melindungi hutan dan mengurangi deforestasi. Bambu, yang tumbuh dengan cepat dan dapat dipanen berulang kali, merupakan alternatif yang lebih ramah lingkungan dibandingkan pohon yang membutuhkan waktu puluhan tahun untuk tumbuh.

Selain itu, proses pembuatan kertas tisu bambu juga lebih hemat energi baik air maupun energi dibandingkan dengan pembuatan kertas tisu dari pulp kayu sehingga jejak karbon yang dihasilkan juga lebih rendah.

2. Sosial (Sosial)

Produksi bambu biasanya melibatkan petani pedesaan setempat yang memperoleh manfaat dari budidaya bambu. Dengan mendukung perekonomian lokal dan memberikan pelatihan bagi petani, jaringan bambu membantu memberdayakan masyarakat lokal.

Tenun bambu lebih dari sekedar bisnis, namun menciptakan lapangan kerja dan mendukung pengembangan masyarakat di daerah penghasil bambu.

3. Manajemen (Manajemen)

Di Indonesia, peran pemerintah sangat penting dalam mendorong penerapan ESG, terutama setelah pentingnya transisi menuju ekonomi ramah lingkungan (eco-green economy) disoroti pada KTT G20 di Indonesia. Dalam forum tersebut, pemerintah Indonesia menekankan komitmennya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan.

Hal ini menciptakan lingkungan peraturan yang mendukung perusahaan seperti MMI yang berupaya menggunakan bahan mentah berkelanjutan seperti bambu untuk berkontribusi terhadap tujuan lingkungan nasional. MMI memastikan produk yang dihasilkan tidak hanya ramah lingkungan, namun juga aman dan berkualitas bagi konsumen, karena MIUTISS telah lolos uji dermatologi.

Kain bambu MIUTISS hadir untuk mendukung wanita Indonesia khususnya dalam menggunakan produk perawatan kulit terbaik agar terhindar dari iritasi, menghadirkan inovasi tisu bambu putih pertama di Indonesia, 2x lebih kuat, lembut, 3x lebih berdaya serap dan higienis. Mengusung slogan “Lembut dan nyaman dalam setiap sentuhan”, brand manager MIUTISS Andriana Noro Iswari mengatakan pihaknya sangat bangga atas prestasi Miutiss yang berhasil mencatatkan MURI sebagai saputangan bambu putih pertama di Indonesia. Ini merupakan bukti nyata komitmen MIUTISS terhadap inovasi dan kualitas.

“MIUTISS tidak hanya ramah lingkungan dan bebas klorin, tetapi juga serbaguna dalam berbagai aktivitas, mulai dari kebersihan diri, perawatan kulit, hingga kebutuhan sehari-hari. Kami yakin Miutiss mampu memberikan kenyamanan dan keamanan kepada konsumen dalam setiap sentuhan, serta mendukung gaya hidup berkelanjutan,” kata Andriana dalam keterangan tertulis tertanggal Rabu (23/10/2024).

Sementara itu, General Manager Multi Medika International Mengky Mangarek mengatakan inovasi adalah kunci kesuksesan. Dalam setiap produk yang dikembangkan, termasuk MIUTISS, Multi Medika Internasional selalu mengedepankan kebutuhan konsumen yang lebih peduli terhadap kesehatan dan lingkungan.

“MIUTISS adalah hasil pendekatan kami yang berfokus pada teknologi modern dan material ramah lingkungan. Kami menghasilkan produk tisu bambu dengan kualitas yang berbeda dengan yang ada di pasaran,” kata Mengky.

“Tidak hanya berbeda, tapi juga bermanfaat dalam kehidupan,” lanjutnya. MIUTISS berkomitmen menyediakan produk yang tidak hanya berkualitas tinggi, namun juga ramah lingkungan, sebagai bagian dari tanggung jawabnya terhadap bumi.

Berkat hadirnya MIUTISS sebagai tisu bambu putih pertama di Indonesia, konsumen dapat mengetahui lebih jauh keistimewaan lain dari tisu bambu MIUTISS, yaitu:

1. Saputangan bambu putih pertama di Indonesia

MIUTISS adalah saputangan bambu putih kualitas tertinggi nomor 1. 1. Nomor 1 dan pertama di Indonesia yang menawarkan kelembutan dan daya tahan maksimal. Terbuat dari 100% bambu alami, cocok untuk perawatan dan perawatan sehari-hari bagi orang-orang dari segala usia. MIUTISS juga merupakan lap bambu putih karena diproses menggunakan pemutihan sepenuhnya bebas klorin (TCF) dengan menggunakan hidrogen peroksida.

2,2x lebih cepat dan lebih lambat

Mudah diserap dan tidak mudah sobek. Hal ini membuat wipe lebih berguna dan efisien untuk digunakan.

Daya serap maksimal dan higienis 3,3x

Menyerap kelembapan secara efektif, cocok untuk berbagai aplikasi, seperti tisu dan kebersihan pribadi, terbuat dari bahan berteknologi maju yang meningkatkan penyerapannya. MIUTISS juga memberikan sentuhan lembut dan higienis yang ideal untuk menjaga kesehatan kulit.

4.100% bebas klorin

Tisu MIUTISS secara alami hipoalergenik karena tidak mengandung partikel debu. Mengurangi efek iritasi pada penderita rinitis, alergi atau kulit sensitif.

5. Antibakteri

Miutiss tidak menggunakan bahan kimia agresif dalam proses pemutihan atau produksi tisu. Hal ini membuat Miutiss lebih aman dan lembut di kulit, terutama bagi orang yang memiliki kulit sensitif atau alergi.

Selain itu, bebas klorin juga lebih ramah lingkungan karena tidak menghasilkan limbah berbahaya yang mencemari air dan tanah.

6. Teruji secara dermatologis

Miutiss telah menjalani uji dermatologis yang menjamin tisu ini aman dan lembut di kulit. Hal ini memberikan ketenangan bagi konsumen karena Miutiss tidak akan menyebabkan iritasi atau masalah kulit sehingga cocok untuk orang yang memiliki kulit sensitif.

7. Tidak menyebabkan iritasi

Tisu MIUTISS secara alami hipoalergenik karena tidak mengandung partikel debu. Mengurangi efek iritasi pada penderita rinitis, alergi atau kulit sensitif.

MIUTISS tersedia dalam 4 (tiga) ukuran yaitu Facial Wipe 250, Facial Wipe 150, Pop-Up Wipe 150 dan Travel Edition 70. Tersedia di Boots, Foodhall, Raja Susu, AEON, GS Retail, Diamond, Hello Baby, Angel & Galaxi , Foodmax, Roxy Pharmacy dan toko terdekat lainnya.

Untuk belanja online, MIUBaby tersedia di akun official store MIUShop di Shopee, Tiktok Shop dan Tokopedia. (Promosi Konten/MIUTISS)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *