Jakarta –
Ibu kota Turki, Ankara, mempromosikan industri pariwisata. Mereka bergantung pada “pariwisata medis” dan menargetkan pendapatan dari kegiatan ini hingga 3 miliar dolar.
Dilansir Huryet Daily News, Kamis (31/10/2024) Asosiasi Manajemen Hotel Turki (TUROYD), Gokhan Esengil mengatakan Ankara memiliki potensi wisata medis yang besar, namun belum dimanfaatkan.
Untuk meningkatkan kapasitas, pihaknya akan menjadikan wisata kesehatan sebagai prioritas. Selain itu, Ankara harus mampu mengatasi permasalahan terbesarnya, yakni minimnya penerbangan langsung.
Minimnya penerbangan langsung menimbulkan kerugian, terutama bagi wisata medis, karena wisatawan asing harus mendarat di kota lain dan menempuh perjalanan jauh untuk mencapai Ankara, kata Esengil.
“Jika masalah ini bisa diselesaikan, lebih banyak wisatawan akan datang ke kota ini,” tambahnya.
Pada periode Januari hingga Agustus 2024, hanya sekitar 470.000 wisman yang mengunjungi Ankara, angka tersebut hanya 1,3% dari seluruh wisman yang ada di Türkiye. Pada bulan Agustus saja, Ankara hanya menerima sekitar 85.000 wisatawan asing.
Persaingan untuk menarik wisatawan diperkirakan akan sengit di antara negara-negara Mediterania, kata Esengil, seraya menambahkan bahwa harus ada peluang pariwisata lain untuk memperluas pariwisata.
Selain itu, penting untuk melakukan diversifikasi investasi dan menggunakan model ekonomi baru untuk mendukung pengembangan sektor pariwisata. Dari Januari hingga Agustus, Türkiye menerima 35,8 juta wisatawan asing, meningkat 7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sebagai informasi, pada tahun 2023 Turki berhasil menempatkan Prancis sebagai pilihan utama wisata medis. International Health Services Inc mengatakan bidang kedokteran yang paling banyak diminati wisatawan asing adalah ginekologi, penyakit dalam, oftalmologi, biokimia media, bedah umum, kedokteran gigi, ortopedi, dan traumatologi. Tonton video “Apakah pengobatan di Indonesia lebih mahal dan lama?” (perbarui/lima)