Jakarta –
Budi Darmawan, Ketua Umum Asosiasi Pemasok dan Distributor Air Minum Indonesia (Apadamindo), mengatakan sekitar 30 hingga 40 persen rumah tangga di Indonesia menggunakan galon air isi ulang untuk minum sehari-hari. Sayangnya, lebih dari separuh galon tersebut dikonsumsi dalam kondisi buruk.
Dia juga berusia lebih dari lima tahun.
“Situasinya sudah tidak kuning lagi, malah coklat. Kita bisa melihat umur galon dari informasi produksi kemasan di bawah, terlihat di sana,” jelas Budi saat ditemui di forum diskusi pimpinan detikcom Jakarta Selatan. . , Rabu (30 Oktober 2024).
“Bahkan banyak masyarakat yang menggunakan galon untuk memompa air, padahal galon tersebut sudah tua, di atas 10 tahun. Saya miris melihat kondisinya, apalagi di kawasan itu,” lanjutnya.
Budi bahkan menggambarkan buruknya kondisi galon yang digunakan untuk isi ulang hingga terlihat seperti wadah khusus tanaman. Ia menilai kesadaran masyarakat terhadap bahaya penggunaan kembali galon, termasuk migrasi bisphenol A (BPA), masih tergolong minim.
“Jadi yang sangat kita harapkan adalah kolaborasi dengan pemerintah daerah, dengan para ahli, serta dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) untuk mendukung hal tersebut di bidang pendidikan,” ujarnya.
“Karena kalau melihat ke lapangan, situasinya menyedihkan,” lanjutnya.
Tak hanya di wilayah dan wilayah terpencil, situasi ini juga terlihat di pinggiran kota besar DKI Jakarta. Terutama di kawasan padat penduduk dengan lingkungan kumuh.
“Beberapa daerah yang dianggap lebih kumuh masih beredar galon berumur 10-15 tahun. Di Jakarta Pusat misalnya kawasan Johor, di pinggiran Jakarta Timur, Sipayung, di Jakarta Selatan sebenarnya tidak 10 tahun. tua, tapi masih banyak lagi” 5 Seperti tahunnya, jelasnya juga.
“Di Jakarta Utara, kita tidak lagi beruntung di berbagai daerah, termasuk Penjaringan,” jelasnya.
Berikutnya: Terbanyak di Indonesia Timur
Tonton video “Air yang dianjurkan diperlukan untuk menghindari kurang minum saat cuaca panas” (naf/up)