Jakarta –
Valencia sepi setelah banjir. Kini kawasan ini tampak seperti kota hantu.
Hujan deras yang terjadi sejak Selasa malam hingga Rabu pagi menyebabkan aliran air yang deras mengubah jalan-jalan sempit menjadi jebakan maut dan menciptakan sungai yang menerobos lantai pertama rumah dan menghanyutkan mobil, manusia, dan segala sesuatu yang dilaluinya.
Hujan deras awal pekan ini menyebabkan bencana alam terburuk di Spanyol abad ini dan paling mematikan di negara itu sejak tahun 1973. Bencana tersebut menewaskan total 158 orang.
Pemerintah Valencia mengumumkan tiga hari berkabung atas banyaknya korban banjir. Jumlah korban tewas diperkirakan akan meningkat.
Ketua Dewan Valencia, Carlos Mazón, mengatakan kemarin layanan darurat melakukan 200 penyelamatan darat dan 70 evakuasi udara.
Susan Boyce (25), seorang guru dari Waterford yang kini tinggal di pinggiran kota Valencia, mengatakan tidak ada peringatan darurat sebelum banjir terjadi.
“Hanya ada pemberitahuan peringatan pada Selasa pagi,” kata Susan seperti dikutip The Journal, Jumat (1/11/2024).
Susan, yang pindah ke Spanyol pada bulan Agustus, mengatakan bahwa hari Selasa berjalan seperti biasa.
“Karena kami mengira itu hanya teguran saja dan itu saja,” imbuhnya.
Pemberitahuan Perlindungan Sipil, yang menyerukan warga Valencia untuk tidak meninggalkan rumah mereka, baru dikeluarkan pada hari Selasa pukul 20:15. Saat itu banyak terjadi kerusakan akibat banjir.
“Seperti adegan di The Purge ketika semua ponsel kami mati pada saat bersamaan,” kata Susan.
Banjir sudah surut pada hari Kamis, namun bukan berarti kondisinya baik. Perdana Menteri, Pedro Sánchez, menyatakan Valencia sebagai zona bencana pada hari Kamis ini. Ia mengingatkan, kerusakan akibat banjir belum berakhir.
Ia juga mengimbau warga untuk tetap berada di rumah dan mengatakan yang terpenting saat ini adalah menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa.
“Saya berada di rumah menyaksikan badai dan kemudian saya melompat dari sofa karena saya mendengar suara di ponsel saya. Hal ini tampaknya merupakan imbauan pemerintah agar semua orang tetap tinggal di rumah sampai pemberitahuan lebih lanjut dan jika Anda tinggal di dekat kanal atau sungai, segera mencari tempat yang lebih tinggi. Namun, kami tidak bisa mencari perbekalan atau air selama ini,” jelasnya.
Susan mengatakan dia beruntung tinggal di pinggiran kota Valencia, di lantai tiga sebuah kompleks apartemen.
“Ada pepohonan di dekat apartemen kami dan jalanan becek, tapi itu tidak seberapa dibandingkan kerusakan yang terjadi 20 menit dari tempat kami berada,” ujarnya.
Namun, hari ini ia harus berangkat ke Valencia untuk mengambil air karena air di apartemennya terputus akibat banjir.
Dalam perjalanan menuju Valencia, Susan mengatakan jalanan sangat berlumpur dan sangat sulit untuk dilalui. Ia menambahkan, banyak taman anjing di kota, namun terendam banjir dan hampir menyerupai kolam renang.
“Meski sejak kemarin pagi belum turun hujan, namun masih banyak air dan puing-puing di sini,” kata Susan.
Ia menambahkan, meski banyak jalan yang dibuka, namun beberapa jalan lain seperti jalan bandara masih terendam banjir dan banyak kendaraan yang menumpuk di sana.
“Tempatnya masih seperti kota hantu, menakutkan sekali,” kata Susan.
“Butuh waktu sekitar dua jam untuk sampai ke kota untuk mendapatkan air dan semua rak supermarket benar-benar kosong, seperti saat lockdown akibat Covid,” katanya.
Sekolah tempat Susan mengajar ditutup selama dua hari namun kemudian memutuskan untuk tetap tutup hingga akhir pekan ini.
“Sekolah baru saja memberi tahu kami bahwa mereka akan menghubungi kami pada akhir pekan dan memberi tahu kami pada hari Senin,” kata Susan.
Menurutnya, saat ini cuaca di sana kering dan cerah. Meski demikian, suasana kota tetap mencekam.
“Anda melihat matahari dan biasanya kota ini penuh dengan orang-orang yang duduk di luar dan makan siang, namun sekarang semuanya telah berubah, kota ini seperti kota hantu,” katanya.
Ia menambahkan, salah satu rekannya harus meninggalkan mobilnya saat terjadi banjir akibat runtuhnya jembatan di kota Paiporta. Tonton video “Video: 5 orang hilang akibat cuaca ekstrem di Spanyol” (fem/fem)