Jakarta –
Calon Gubernur (Kagub) DKI Jakarta Nomor Urut 1 Ridwan Kamil menyoroti situasi di DKI Jakarta. Ia mengaku khawatir dengan banyaknya anak-anak yang menghadapi masalah ini di beberapa wilayah kota besar.
“Anak gagap masih banyak di Jakarta, lima tahun lagi kita akan mengurangi risikonya, bukan saat masih bayi, karena waktu sudah berlalu,” kata Ridwan Kamil saat mengunjungi kawasan Kedaun Kali Angke di Chengkareng. Jakarta Barat, Rabu (16/10/2024).
Menurut Ridwan Kamil, meski kedua mempelai memutuskan untuk menikah, penting untuk menghindari kecacatan sejak saat pembuahan. Pemeriksaan kesehatan anak Anda dan pendidikan tentang gizi anak Anda harus direncanakan.
Sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, mengapa tingkat suku bunga di DKI Jakarta masih tinggi?
Mengomentari masalah ini, ahli epidemiologi Universitas Griffith Australia Dickie Budiman mengatakan penyebab masalah ini adalah masalah ekonomi dan metode pengasuhan anak yang tidak memadai.
Meski Jakarta kota besar, namun karena kendala perekonomian, tidak semua keluarga mampu membeli makanan sehat. Oleh karena itu, harga makanan sehat biasanya lebih mahal dibandingkan makanan cepat saji yang biasanya lebih murah, kata Dickey saat dihubungi detikcom. . , Jumat (18/10/2024).
Oleh karena itu, cara membesarkan anak yang kurang baik, di perkotaan, orang tua sering sibuk dengan pekerjaan sehingga kurangnya pengetahuan dan waktu untuk memberikan makanan yang layak kepada anak menyebabkan mereka gagap, ujarnya.
Selain itu, Dickey menekankan pentingnya akses terhadap air bersih dan sanitasi. Menurutnya, hal tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi angka kejadian gagap di Jakarta.
“Di Jakarta ada daerah yang sanitasinya buruk dan kualitas airnya buruk. Hal ini terkait dengan kesehatan anak, terutama penyakit kambuhan yang menghambat penyerapan nutrisi dan tumbuh kembang anak,” ujarnya.
Malnutrisi saat hamil mungkin juga menjadi salah satu faktor penyebab tingginya risiko obesitas di kota-kota seperti Jakarta.
Menurut Dickey, masyarakat yang terkena penyakit pernafasan di Jakarta harus segera mengambil tindakan untuk menguranginya.
“Yang pertama adalah pendekatan gizi yang langsung dan sensitif dengan mendistribusikan makanan bergizi kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan anak balita. Pendidikan gizi terus berkembang,” kata Dickey.
“Sanitasi dan air bersih perlu dilakukan, terutama di wilayah Jakarta yang masih ‘terbelakang’. Sanitasi yang baik dapat mengurangi risiko penyakit yang dapat membahayakan kesehatan anak,” ujarnya. Tonton Video: Efek Pernapasan terhadap Kehamilan dan Kesuburan (dpy/naf)