Jakarta –
Wakil Menteri Pertanian (Wamanton) Sudaryono memperkirakan kebutuhan produk perkebunan dan hortikultura di Jepang sangat tinggi. Oleh karena itu, ia sepakat akan melakukan “segala upaya” untuk mengembangkan sektor pertanian nasional guna memenuhi kebutuhan dalam dan luar negeri.
Sudaryono atau yang akrab disapa Mass Dar juga mengatakan tengah fokus memaksimalkan digitalisasi di sektor pertanian. Hal ini merupakan upaya mewujudkan pertanian Indonesia modern.
“Saya bersama menteri dalam proyek ini, saya wakil menteri, jadi tanggung jawab saya untuk membantunya, mensukseskan (programnya), salah satunya perdagangan luar negeri. Jadi saya mengambil peran. Diantaranya digitalisasi, membuat peta digitalisasi pertanian Indonesia,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (15/10/2024).
Pengumuman tersebut disampaikannya kemarin Senin (14/10) di Tokyo, Jepang saat dialog mengenai kebijakan dan inisiatif sektor pertanian, serta kerja sama internasional dengan perwakilan Bank Indonesia.
Di sisi lain, Sudaryono menekankan pentingnya peran Bank Indonesia (BI) dalam mendukung ekspor produk pertanian nasional, khususnya ke negara-negara seperti China, Jepang, Korea, dan Taiwan. Sudaryono mencontohkan, BI tidak hanya berperan sebagai pengendali inflasi, namun juga sebagai akumulator ekspor.
“Satu hal, saya senang sekali BI punya peran besar, adalah menggiring bola. Itu sudah kita bahas, mungkin menurut saya dalam rapat sore ini, kalau kata kuncinya bisa kita soroti, itu adalah integrasi ekspor dan inflasi” kata lulusan Pertahanan Nasional Jepang itu.
Sudaryono mengatakan kunjungan bilateral ke Jepang kali ini adalah untuk meningkatkan jumlah tenaga kerja Indonesia yang dilatih di bidang pertanian melalui program magang di Jepang. Nantinya, peserta magang akan berasal dari pelajar atau ribuan petani, yang akan magang di Jepang dalam jangka waktu tertentu.
“Magang bisa magang pertanian selama 6 bulan, satu setengah tahun atau satu setengah tahun lalu kembali lagi. Kita hanya mengirimkan generasi muda kita yang fokus di bidang pertanian, melatihnya lalu mengirimnya ke Jepang untuk menjadi buruh tani,” ujarnya
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan BI di Tokyo, Imaduddin Sahabat, mengatakan pihaknya selama ini merupakan kelompok produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) yang diekspor ke Jepang.
Dijelaskannya, BI di Tokyo membantu pelaku UMKM memasuki pasar, mempromosikan perdagangan dan pengemasan.
Sedangkan kalau kita masuk dari Indonesia, kita sangat membutuhkan akumulator. Jadi kita tidak bisa masuk ke Jepang sendiri, jadi harus ada akumulator, ujarnya.
Simak Videonya: Selaku Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono angkat bicara soal terus pemerataan kekayaan gizi
(anl/ega)