Jakarta –
Microsoft memecat dua karyawan yang mengadakan acara peringatan tanpa izin di kantor pusatnya. Acara peringatan tersebut diadakan untuk memperingati warga Palestina yang tewas di Gaza selama konflik Israel dengan Hamas.
Berbicara kepada Associated Press, kedua karyawan tersebut mengaku dipecat saat melakukan panggilan telepon pada Kamis (24/10) lalu, hanya beberapa jam setelah acara makan siang yang mereka adakan di kantor pusat Microsoft di Redmond, Washington, AS.
Kedua karyawan tersebut merupakan anggota koalisi ‘No Azure for Apartheid’, yaitu sekelompok karyawan Microsoft yang menentang penjualan teknologi komputasi awan perusahaan tersebut kepada pemerintah Israel. Namun keduanya menegaskan bahwa tindakan yang mereka lakukan sama dengan kampanye lain yang dilakukan karyawan Microsoft untuk membantu mereka yang membutuhkan.
“Kami memiliki banyak anggota komunitas di Microsoft yang kehilangan keluarga, teman, atau orang yang dicintai,” kata Abdo Mohamed, peneliti dan ilmuwan data yang dipecat dari Microsoft, seperti dikutip Associated Press, Selasa (29/10/2024). .
“Tetapi Microsoft benar-benar gagal memberikan kami ruang di mana kami dapat berkumpul dan berbagi kesedihan serta menghormati kenangan orang-orang yang tidak dapat berbicara sendiri,” lanjutnya.
Dalam keterangan resminya, Microsoft menyatakan pihaknya melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap beberapa individu berdasarkan kebijakan internal, namun tidak memberikan informasi lebih detail.
“Untuk alasan privasi dan kerahasiaan, kami tidak dapat memberikan rincian spesifik,” kata Microsoft.
Mohamed, yang berasal dari Mesir, mengatakan dia harus mencari pekerjaan baru dalam dua bulan ke depan untuk menyerahkan visa kerjanya dan menghindari deportasi.
Hossam Nasr, karyawan lain yang dipecat Microsoft, mengatakan aksi solidaritas tersebut diadakan untuk menghormati para korban genosida di Gaza dan menarik perhatian atas keterlibatan Microsoft dalam genosida tersebut karena teknologi mereka digunakan oleh tentara Israel.
Nasr mengatakan pengunduran dirinya pertama kali diumumkan di media sosial oleh kelompok pengawas Stop Antisemitism sekitar satu jam sebelum Microsoft menghubunginya. Kelompok yang sama sebelumnya meminta CEO Microsoft Satya Nadella mengambil tindakan terhadap Nasr karena sikap anti-Israelnya.
Ini bukan pertama kalinya raksasa teknologi itu memecat karyawannya karena tindakannya mendukung Palestina. Awal tahun ini, Google memecat lebih dari 50 karyawannya setelah memprotes penjualan teknologi perusahaannya kepada tentara Israel.
Pemecatan massal ini menyusul aksi yang diadakan di kantor Google untuk memprotes “Proyek Nimbus”, kontrak senilai $1,2 miliar yang ditandatangani oleh Google dan Amazon pada tahun 2021 untuk mengembangkan layanan komputasi awan dan kecerdasan buatan kepada pemerintah Israel. Tonton video “Video: Meta mengembangkan mesin pencari AI pesaing Google” (vmp/fay)