Jakarta –
Isu migrasi Bisphenol A (BPA) dari botol polikarbonat (PC) ke air minum terus bermunculan. Permasalahan yang diangkat saat ini adalah potensi migrasi BPA yang terjadi ketika liter didistribusikan melalui truk terbuka.
Padahal, menurut para ahli polimer, diperlukan suhu di atas 70 derajat Celcius agar BPA bisa bermigrasi ke air minum. Liter daur ulang yang terbuat dari PC didesain tahan terhadap panas dan benturan.
Padahal di atas 70 derajat bisa saja terjadi migrasi. Ibarat air mendidih, pasti di atas 70 derajat, kira-kira begitu. Artinya kalau tidak mendidih masih bisa digunakan, kata Tenaga Kesehatan Masyarakat dr. Nbila Salama dalam keterangan tertulisnya, Jumat (8/11/2024).
Dr. Ngabila yang merupakan Pejabat Teknis Komunikasi Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenekes) menjelaskan, liter polikarbonat mampu menahan suhu hingga 70 derajat Celcius sebelum bahan kimia penyebab plastik larut dalam air. Jika suhu pemanasan lebih rendah dari ini, kontaminasi BPA tidak akan terjadi.
Artinya, lanjutnya, air minum dalam liter polikarbonat masih aman digunakan dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Untuk itu, dia meminta masyarakat tidak perlu khawatir dan kewalahan dengan isu-isu yang tidak jelas.
Selain itu, mantan Kepala Bidang Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta ini menyebut hingga saat ini pemerintah belum menemukan migrasi BPA dari liter ke air minum. Sementara BPOM juga menetapkan batasan BPA sebesar 0,06 barel per hari.
Artinya kita masih aman. Namun tetap harus hati-hati karena belum diketahui berapa besar migrasi yang terjadi karena BPA tidak hanya dalam liter, jelasnya.
Dr. Ngabila melanjutkan, BPA juga terdapat pada produk non pangan seperti mainan, elektronik, aksesoris mobil, bahan makanan, alat kesehatan, alat olah raga, kemasan makanan, cakram, CD, kertas cetak dan lain-lain. Artinya BPA banyak ditemukan pada barang sehari-hari.
“BPA aman asalkan tidak berpindah ke manusia dalam jumlah tinggi hingga melebihi batas normal,” imbuhnya.
Demikian pula Dr. Karin Wiradarma M.Gizi, SpGK mengatakan, air minum dari wadah polikarbonat liter tidak akan berdampak buruk bagi kesehatan.
Hal ini ia soroti menyusul keluh kesah bahaya air minum dari liter daur ulang akibat paparan BPA. Untuk itu, masyarakat diminta tidak perlu khawatir, tidak perlu takut meminum air dalam liter polikarbonat.
“BPA saja sudah berbahaya, tapi kalau berbahan plastik aman karena sudah melalui serangkaian proses sehingga menjadi stabil,” kata dr. Karin
Ia juga menegaskan, air dari botol liter yang dapat digunakan kembali masih sangat aman untuk diminum. Meski BPA masuk ke dalam tubuh, 90 persennya akan diserap oleh hati dan diubah menjadi zat tidak aktif dan tidak berbahaya yang dikeluarkan melalui urin atau feses.
“Nah, sisa 10 persen yang aktif di dalam tubuh masih dalam kadar dan batasan aman menurut penelitian,” ujarnya.
Dr. Karin juga menyayangkan adanya isu bias di media multiplatform terkait penggunaan BPA dalam kemasan liter. Menurutnya, isu negatif ini harus diselesaikan dan dihentikan agar tidak meresahkan dan meresahkan masyarakat. (akan/akan)