Jakarta –

Di tengah maraknya isu merger operator seluler dengan SmartFran, XL Axiata mengumumkan kinerja perseroan pada sembilan bulan pertama tahun 2024.

Di tengah kondisi perekonomian yang sulit, tercatat pada periode ini pendapatan XL Axiata tumbuh 6% YoY menjadi Rp 25,37 triliun, EBITDA meningkat 13% YoY menjadi Rp 13,3 triliun, dan margin EBITDA meningkat menjadi 52,4%. Sedangkan laba bersihnya mencapai Rp 1,33 triliun.

Pada periode yang sama, pendapatan data dan layanan digital mencapai Rp 23,38 triliun atau sekitar 92% dari total pendapatan. Manajemen XL Axiata juga sangat optimis dengan masa depan bisnis layanan Fixed Broad Band (FBB) dan Fixed Mobile Convergence (FMC) dimana bisnis ini menunjukkan pertumbuhan yang sangat positif.

“Sembilan bulan penuh, khususnya triwulan III tahun 2024, keadaan dan kondisi industri telekomunikasi nasional sangat menantang, dimana persaingan sangat ketat dengan daya beli masyarakat yang terus melemah, namun kami tetap mampu meraih kinerja yang baik, namun tetap mampu mencapai tingkat profitabilitas yang tinggi, kata Diane Cisvarini, Presiden Direktur dan CEO XL Axiata.

Dian mengatakan tantangan ke depan tentu tidak akan mudah, apalagi kondisi perekonomian Indonesia yang masih akan terpengaruh oleh kondisi geopolitik global, serta daya beli masyarakat yang masih lemah. Dian menambahkan, XL Axiata akan terus melanjutkan berbagai inisiatif untuk mendapatkan sumber pendapatan baru yang dapat diandalkan di masa depan. Salah satu caranya adalah melalui layanan internet rumah. Untuk itu, XL Axiata terus mendorong dan mengakselerasi pertumbuhan bisnis Layanan Internet Rumah FBB yang sejauh ini menunjukkan prospek yang sangat menggembirakan.

Selain itu, XL Axiata juga telah memperoleh 750 ribu pelanggan First Media sehingga total pelanggan FBB-nya saat ini mencapai lebih dari 1 juta pelanggan, ujarnya. Dengan bertambahnya pelanggan First Media, XL Axiata menjadi penyedia layanan Internet terbesar kedua di Indonesia, dengan jangkauan jaringan FBB di 127 kota di berbagai wilayah di Indonesia, kata Dian. Pada akhir September 2024, jumlah pelanggan XL Axiata terus bertambah hingga mencapai 58,6 juta, dengan blended ARPU mencapai Rp43 ribu, meningkat dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ARPU campuran ini jelas konsisten dengan fokus perusahaan dalam menjangkau dan mempertahankan pelanggan produktif. Dari sisi biaya operasional, XL Axiata berhasil menjaga tingkat keberlanjutannya. Dengan penerapan strategi digitalisasi, biaya terkait penjualan dan pemasaran juga dapat ditekan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, beberapa komponen biaya lainnya mengalami penurunan YoY seperti biaya interkoneksi dan biaya langsung lainnya. Sementara itu, biaya regulasi mengalami peningkatan YoY. Secara umum, biaya operasional dapat dipertahankan dari tahun ke tahun dengan pertumbuhan pendapatan.

Selain itu, strategi transformasi digital yang diterapkan XL Axiata antara lain pengembangan customer experience melalui aplikasi MyXL dan AXISNet diklaim terus menunjukkan efektivitasnya. Tercatat lebih dari 32 juta pelanggan aktif menggunakan MyXL dan AXISNet, dengan pertumbuhan pengguna aktif bulanan (MAU) sebesar 113% sejak Desember 2021. Posisi keuangan XL Axiata sehat pada akhir September 2024, dengan total utang tercatat sebesar Rp 12,7 triliun, dengan rasio utang bersih terhadap EBITDA (termasuk sewa finansial) sebesar 2,5x. Utang bersih tercatat sebesar Rp 10,9 triliun.

XL Axiata tidak memiliki utang dalam mata uang USD. 47% dari pinjaman yang ada saat ini memiliki suku bunga mengambang dan 53% memiliki suku bunga tetap. Arus kas bebas (FCF) berada pada level yang sehat, tumbuh sebesar 23% menjadi Rp 7,6 triliun. XL Axiata terus memperluas penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mendorong peningkatan pendapatan dan menghemat biaya operasional perusahaan. Penggunaan AI ditujukan untuk meningkatkan pengalaman pelanggan, mendorong keunggulan operasional bisnis dan inovasi. Kinerja jaringan terus meningkat XL Axiata terus berupaya meningkatkan kualitas jaringan sebagai pendukung utama layanan konvergensi, dan berhasil meningkatkan kinerja jaringan dan pengalaman pelanggan. Komitmen XL Axiata dalam memperkuat jaringan tercermin dari alokasi belanja modal (Capex) sekitar Rp 7 triliun yang sebagian besar untuk mendukung kebutuhan perluasan jaringan. Hingga akhir September 2024, total jumlah BTS XL Axiata mencapai 165.094 BTS, termasuk 110.280 unit BTS 4G. Tingkat koneksi mencapai 62% dengan jaringan fiber (fibrized). Fiberisasi BTS dilakukan untuk meningkatkan kualitas jaringan data dan mempersiapkan implementasi 5G di masa depan. Investasi berkelanjutan dan strategi jaringan ini telah berhasil meningkatkan kualitas pengalaman jaringan untuk lebih mendukung layanan tingkat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan trafik layanan yang tumbuh lebih dari 10% YoY mencapai 7.823 petabyte.

Saat ini, proses merger XL Axiata dan Smartfren masih dalam tahap uji tuntas yang diharapkan selesai pada akhir tahun 2024. Pemegang saham kedua operator seluler tersebut adalah PT Wahana Inti Nusantara, PT Global Nusa Data, dan PT Bali Media. Telekomunikasi (Sinar Mas) dan Axiata Group Berhad (Axiata) mengumumkan telah memasuki fase baru rencana penggabungan perusahaan XL Axiata dan Smartfren mulai pertengahan Mei 2024. Tonton video “Operator seluler prihatin dengan aksi Starlink di Indonesia” (agt/agt)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *