Jakarta –
Diabetes, yang sering dikaitkan dengan “penyakit orang tua”, kini semakin banyak menyerang pasien muda. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah penderita diabetes di bawah usia 40 tahun meningkat, kata Dr Rulli Rosandi, ahli penyakit dalam dan konsultan endokrinologi metabolik di SpPD-KEMD.
Hal ini tentu menjadi tanda peringatan bagi gen Z, karena bukan tidak mungkin penderita diabetes akan mengalami penuaan lebih lanjut. Selain itu, mengingat perubahan gaya hidup yang semakin cepat saat ini, risiko diabetes meningkat di semua generasi.
Ia melanjutkan, sebelumnya Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan angka kejadian obesitas pada anak semakin mengkhawatirkan. Kejadian obesitas ini dikaitkan dengan risiko tinggi terkena diabetes pada pasien muda.
Makanya sekarang kita bicara tentang diabetes di bawah usia 40 tahun, yang disebut diabetes tipe 2, yang didiagnosis sebelum usia 40 tahun. Oleh karena itu, pemeriksaan ini sangat penting, kata dr Rulli di Jakarta Selatan (11/ 14) saat bertemu pers. /2024).
Terkait risiko diabetes pada gen Z, dr Rulli mengatakan gaya hidup dapat mempengaruhi peningkatan risiko diabetes tipe 2. Sederet perubahan gaya hidup yang berkontribusi terhadap rentannya generasi muda terkena diabetes antara lain camilan tidak sehat, pola makan tinggi gula, dan pola makan tinggi gula , dan lebih sedikit aktivitas fisik dan olahraga.
Berbagai kombinasi ini pada akhirnya meningkatkan kemungkinan terjadinya obesitas, yang merupakan faktor risiko utama diabetes tipe 2.
“Diabetes tipe 2 yang paling banyak adalah gaya hidup. Gaya hidup, karena sekarang cari makan lebih mudah, porsi lebih banyak, kadar gula lebih tinggi, aktivitas fisik lebih sedikit, sekarang lebih banyak rasa malas, dan sebagainya,” tuturnya. “Begini Caranya Agar Tidak Disebut Generasi Soft Gen Z” (avk/kna)