Jakarta –
Semua pihak termasuk orang tua ingin memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif khususnya pada anak usia 0-6 tahun. Namun dalam beberapa situasi, pemberian ASI saja terkadang menghadapi banyak kendala, sehingga susu formula (susu formula) menjadi solusinya.
Dokter Anak Dr. Melani Rakhmi Mantu, Sp. A menjelaskan bahwa ada banyak situasi di mana menyusui tidak memungkinkan. Setelah kematian ibu, ibu tidak dapat memproduksi ASI dan tidak dapat menyusui.
“Untuk 0-6 bulan, anjurannya adalah menyusui secara eksklusif. Tapi ada kondisi yang menyertainya. [Misalnya] tidak ada ibu, tidak bisa menyusui, ibu pergi, ibu sakit. Beberapa penyakit menular kronis yang membuat ibu enggan menyusui,” tulis Melani, Selasa (12/11/2024).
Ia yakin situasi ini mengarah pada solusi formula untuk anak-anak. Harapannya, bayi tetap mendapat nutrisi yang dapat membantunya tumbuh dan berkembang.
“Saat itu, satu-satunya pilihan lain adalah pemberian susu formula,” kata Melani.
Menurut dia, Produsen memproduksi susu sesuai dengan langkah yang benar. Oleh karena itu, susu aman untuk bayi.
Namun tentunya pabrik dan produsen susu formula telah melalui seleksi, dan produksi susu formula melalui serangkaian tahapan yang aman untuk 0-6 bulan, kata Melani.
Begitu pula menurut penelitian Yayasan Konsumen Indonesia (YLKI) Niti Emiliana, pemberian ASI eksklusif menjadi harapan semua orang tua. Selain itu, PP No. 28, 2024 Kesehatan.
“Tujuannya untuk melindungi hak ibu untuk menyusui secara eksklusif,” kata Niti.
Namun, selama ada kondisi atau indikasi medis tertentu, pemberian suplemen susu tetap diperbolehkan, jelasnya. Hal ini sesuai Pasal 29 PP No. 28 Tahun 2024 menyebutkan bahwa bayi dapat diberi ASI dengan ASI atau ASI donor atau karena kondisi ibu yang terpisah dari anaknya.
“Tetapi jika disebutkan ada indikasi medis, kematian ibu, Mungkin ibu sedang sakit atau alergi protein. Yang menyusui sebaiknya tidak menambah berat badan dan sebaiknya menambah susu formula,” kata Niti. (acn/ega)