Jakarta –
Pariwisata berkelanjutan digadang-gadang akan menjadi masa depan sektor pariwisata Indonesia. Bagaimana cara mewujudkannya?
Sektor pariwisata diperkirakan akan membaik sejalan dengan Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan tujuan Net Zero Emission pada tahun 2060 yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris tahun 2015.
Perjanjian Paris merupakan perjanjian internasional yang mengikat secara hukum dan fokus pada penanganan permasalahan iklim global. Perjanjian ini disetujui oleh 196 negara pada COP21 yang diselenggarakan di Paris, Perancis pada 12 Desember 2015.
Dalam Perjanjian Paris, seluruh negara di dunia diharapkan berpartisipasi dalam pengurangan emisi gas dan faktor lain penyebab permasalahan iklim global.
Menurut Presiden Asosiasi Agen Perjalanan Indonesia (Astindo), Pauline Suharno, pariwisata berkelanjutan merupakan konsep perjalanan yang dapat dikembangkan dan dapat memberikan dampak jangka panjang, baik dari segi ekonomi berkelanjutan maupun pelestarian lingkungan.
“Pariwisata berkelanjutan adalah masa kini dan masa depan Indonesia. Banyaknya desa di Indonesia yang menawarkan wisata keindahan alam dan wisata pelestarian budaya menjadi peluang yang menjanjikan untuk mengembangkan pariwisata berkelanjutan,” kata Pauline, Rabu (13/11/2024).
Astindo, menurut Pauline, akan terus meluncurkan, mengemas, dan mempromosikan paket premium berbasis pariwisata berkelanjutan di Indonesia yang akan dijual kepada wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Sebagai langkah nyata menuju terwujudnya nol emisi dan pengembangan pariwisata berkelanjutan, Astindo melalui 26 Dewan Pengurus Daerah (DPD) di Indonesia menyelenggarakan Pekan HUT Astindo ke-25 dengan berbagai kegiatan bertemakan “Keberlanjutan”.
Salah satu caranya adalah dengan melakukan pendakian bersama pemandu wisata profesional ke berbagai desa wisata dan tempat wisata yang dilakukan DPD Astindo se-Indonesia.
Dengan ide wisata jalan kaki ke tempat wisata tersebut, Astindo ingin mendukung dan melakukan upaya penurunan emisi karbon atau yang dikenal dengan dekarbonisasi.
DPD Astindo Sulawesi Utara misalnya mengunjungi desa wisata Tinoor Satu di kota Tomohon. Desa wisata ini terkenal dengan objek wisata Air Terjun Tekaan Telu.
Sementara itu, DPD Astindo Jambi sedang melaksanakan wisata jalan kaki religi melewati Jembatan ikonik Jambi-Gentala Arrasy yang hanya bisa dilintasi oleh pejalan kaki atau pengendara sepeda. Kegiatan jalan kaki ini turut mengikutsertakan pelajar dan mahasiswa dari Lembaga Pelatihan Vokasi Pariwisata.
“Melalui walk tour ini, Astindo berkontribusi penuh dalam mempromosikan potensi wisata ramah lingkungan,” kata Pauline.
Selain mengunjungi desa wisata, DPD Astindo juga akan melakukan operasi pembersihan sampah serta penanaman pohon dan terumbu karang di tempat wisata yang memerlukan perawatan. Tonton Video: Mencoba Walking Tour, Bersepeda Sambil Berjalan dan Belajar Sejarah (wsw/wsw)