Jakarta –

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman angkat bicara mengenai penyebab impor susu meningkat tajam. Peningkatan volume impor susu cukup signifikan, dari awalnya 40% menjadi sekitar 81%.

Amran mengatakan, pada era krisis keuangan tahun 1998, pemerintah merevisi Keputusan Presiden (Perpres) yang mewajibkan peruntukan susu lokal. Langkah tersebut didasarkan pada saran Dana Moneter Internasional (IMF).

Akibat kajian peraturan ini, pintu impor susu terbuka lebar. Akibatnya, jumlah susu impor meningkat pesat dan produk lokal pun terkena dampaknya.

“Dulu kita review Perpes tahun 98, di mana tidak ada kewajiban untuk mengapropriasi susu. Apa yang terjadi? Dulu kita impor 40%, sekarang 81%,” kata Amran di kantor Kementerian Pembangunan (PU) di Jakarta Selatan, Jumat. (15.11.2024).

Tekanan semakin terasa terhadap kebijakan pembatasan kuota pasokan susu ke pabrik pengolahan. Hal inilah yang mendorong produsen susu lokal di Boyolal, Jawa Tengah dan Pasuruan, Jawa Timur melancarkan aksi yang bertujuan untuk mencabut izin usaha.

Di sisi lain, menurut Amran, kesulitan para peternak ini juga terkait dengan kualitas susu lokal yang masih kalah bersaing dengan susu impor. Akibatnya produk susu lokal kalah dengan susu impor.

Oleh karena itu, atas rekomendasi Menteri Luar Negeri, industri sekali lagi menuntut penggunaan susu dari peternak lokal. Terkait hal itu, pemerintah juga akan segera mengkaji ulang Perpres terkait.

“Kami dan Mensesneg (Prasetyo Hadi) sedang mengkajinya sekarang. Kami menuntut seluruh industri membeli susu peternak, susu sapi yang dihasilkan oleh peternak itu penting. Insya Allah ke depan lebih baik, kembali ke bagaimana. itu sebelumnya”, katanya

Amran meyakinkan produksi akan terserap 100%. Ia juga menegaskan, peran pemerintah dan industri sebagai pengangkut sangat penting untuk menjaga keberlangsungan petani.

“Siapapun yang tidak memperhatikan peternak, tidak menerima susu yang dihasilkan dari susu peternak, kami ingatkan agar tidak mengimpornya dan kami dapat mencabut izinnya!”

Pemerintah juga bekerja sama dengan pemangku kepentingan terkait untuk membantu produsen meningkatkan kualitas. (schc/hns)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *