Jakarta –
Sejumlah pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, khawatir dengan rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% mulai tahun 2025. Jika PPN naik maka inflasi akan lebih terdampak.
Tomi, salah satu pedagang di Pasar Blok A Tanah Abang, mengatakan penjualan para pedagang saat ini mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini terlihat dari barang yang dijualnya tidak laku.
“Sabtu dan Minggu dulunya ramai, tapi sekarang sudah normal. Malah saat musim penjualan banyak, jadi seminggu bisa dapat satu pesanan Kodi di hari kerja itu. Tapi sekarang kami tidak mau. Semuanya ada di sana. , sudah sebulan, “Saya tidak mendapat pesanan seperti dulu,” jelasnya saat ditemui detikcom, Jumat (22/11/2024).
“Jadi kalau kita bilang omzetnya turun berapa, saya kurang ngerti. Karena dulu kan beda saja. Dulu kalau penjualannya saja tidak kita tampilkan, pasti laku, tapi sekarang susah,” kata Tomi. lagi.
Apalagi, menurut Tomi, sepinya pelanggan tidak hanya dirasakan dirinya, tapi juga pedagang lainnya. Ia bahkan menyebut banyak toko yang tutup permanen dan bangkrut karena sepi pelanggan. “Lihat sekeliling dan lihat berapa toko yang tutup, berapa toko yang tutup pada kuartal ini,” ujarnya.
Barang serupa juga dibagikan pedagang tas dan aksesoris di Pasar Tanah Abang Blok B, Pito. Menurutnya, rata-rata jumlah pedagang di pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara itu mengalami penurunan hingga 80%.
“Kalau pedagang di sini, menurut saya omzetnya turun 80%. Kadang laku, kadang tidak. Kadang bisa dua unit, kadang hanya satu unit. Lihat saja 3A di lantai 5, banyak toko kosong yang disegel. “Demikian pula toko di dekat saya tutup karena tidak mampu membayar biaya jasa (biaya pemasaran),” jelasnya.
Pito yang sudah 36 tahun berdagang di Pasar Tanah Abang ini mengaku sulit melanjutkan perdagangan karena pasar sepi. Padahal dulunya mereka punya tiga toko di pasar, namun kini hanya punya dua toko karena pendapatannya semakin berkurang.
“Saya sudah 36 tahun berjualan di sini, sejak itu PD Pasar Jaya, Blok F belum ada. Jadi sudah lama. Jadi saya tahu suka dukanya berjualan di Tanah Abang,” kata Pito . .
“Saat ini saya tidak menjual pada Senin lalu, saya menjual satu pada Selasa, dan dua kemarin. Kemarin saya berbicara dengan pria dari India yang memiliki toko di sini dan saya mengenalnya sejak ayahnya berjualan. dia biasa mengambil bajuku “Sekarang beli baju itu buang-buang waktu saja, orang tidak laku.
Lebih lanjut dia mengatakan, sepinya pelanggan disebabkan pemilik toko menyewakan tokonya dengan harga yang sangat murah. Termasuk toko yang saat ini digunakan oleh Pito.
“Dulu sewa toko ini Rp 50 juta, tapi pemiliknya tidak mampu dan tutup. Dia punya hutang selama dua tahun, dan akhirnya dia melunasinya dalam satu tahun, saya melunasinya. selesai setahun lagi dan akhirnya saya dikasih “Harga sewanya Rp 7 juta per tahun” kata Pito.
Bayangkan saja harga sewanya yang naik dari Rp 50 juta menjadi Rp 7 juta sudah berlangsung selama tiga tahun. Sama seperti toko di belakangku, penyewa gudang ini harus membayar beberapa juta. tahun, yang penting biaya pelayanannya – “Penyewa yang bayar, jangan jadi beban. Dari situ terlihat betapa buruknya sekarang,” jelasnya lagi.
Tonton video “PPN Naik Jadi 12%, Ini Bikin Anda Khawatir”:
(fdl/fdl)