Kepulauan Anambas –

Penerapan Sistem Pemerintahan Elektronik (SPBE) terus berlanjut hingga ke tingkat jalan. Daerah tertinggal, daerah perbatasan, dan daerah paling terpencil (3T) tidak dikecualikan.

Di tingkat jalan, SPBE digunakan untuk aplikasi pengelolaan anggaran dan keuangan daerah, pelayanan pengelolaan kependudukan, pengurusan izin usaha, bahkan pelaksanaan aplikasi pengelolaan keuangan. Namun kendala utama penerapan SPBE di bidang 3T adalah akses jaringan yang belum memadai.

Abdullah Sani (54), Kepala Divisi Jamaja, mengatakan, sebelum munculnya Internet yang diusung oleh Kementerian Komunikasi dan Digital, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) atau Komdigi (sebelumnya dikenal sebagai Kominfo), diperlukan dokumen administrasi. . Untuk dikirim melalui pompong atau laut.

Dokumen ini dikirim ke Tarampa, ibu kota Kabupaten Kepulauan Anambas. Untuk mencapai Trimpa, warga Jemaja harus menaiki pompong atau kapal feri selama kurang lebih dua jam.

Abdullah kepada detikcom beberapa waktu lalu mengatakan, “Kapalnya kurang lancar, tidak (beroperasi) setiap hari. Selain itu, persyaratan administrasinya juga tidak pasti.”

“Apakah setiap Kamis, Jumat, atau Senin belum bisa dipastikan,” lanjutnya.

Meski SPBE sudah diterapkan, jaringan internet di sekitar Kecamatan Jamaja juga belum stabil. Akibatnya, Abdullah dan staf jalanan harus melakukan perjalanan ke desa-desa atau fasilitas lain seperti rumah sakit kabupaten untuk pengurusan administrasi.

Abdullah mengatakan, “RSUD punya, Kusik punya, dan ada juga SD yang sinyalnya bagus, SD 05 Letung.”

“Saya bilang kalau ada acara, tolong bantu. Jadi mereka siap, karena acara ini melibatkan jalanan, artinya semua pekerjaan jalanan itu untuk membantu organisasi di distrik, organisasi di jalanan. Untuk membantu.” katanya.

Abdullah merasa terdukung dengan hadirnya Jaringan Akses (Operasi) BAKTI. Diketahui, Kabupaten Jimaja berpenduduk 6.700 jiwa, termasuk lebih dari 2.400 kepala keluarga (KK).

“BAKTI Aksi sangat membantu saya. Saat saya butuh bantuan, ada dan jujur ​​(pelayanan) akan terhenti kalau bukan karena dedikasi selama COVID-19, layanan keuangan, administrasi, informasi, kami semua hadir. .” Tidak ada akses informasi jadi kita juga terisolasi darinya, tapi pembangunan adalah proses penyelamatan,” jelas Abdullah.

“Waktu itu, di era COVID-19, sinyalnya kurang bagus. Program Bakti Aksi benar-benar ada saat kami membutuhkannya. Begitulah bantuan yang sangat kami rasakan dan Bakti Aksi yang menyediakan Wi-Fi. Saya ingin mengucapkan terima kasih,” katanya. lanjutan.

Detikcom bersama BAKTI Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menilai pembangunan ekonomi, pariwisata, infrastruktur, dan pemerataan akses Internet di wilayah 3T (tertinggal, perbatasan, dan terluar) melalui program Batas Tapal Terpadu Ikuti terus kami untuk mendapatkan berita informatif, inspiratif, unik dan menarik seputar program Tapal Batas dari Tapalbatas.detik.com!

Saksikan video “Digitalisasi mengubah kehidupan nelayan di Anambas” (akd/ega)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *