Jakarta –
Tiongkok merupakan salah satu negara di dunia yang menghadapi krisis kelahiran. Negara Tirai Bambu diperkirakan akan kehilangan lebih dari 50 juta orang dalam satu dekade mendatang seiring dengan semakin cepatnya penurunan populasi.
Dikutip dari NewsWeek, Tiongkok diperkirakan akan mengalami penurunan populasi pada tahun 2025 menjadi 1,36 miliar, dibandingkan dengan puncaknya sebesar 1,41 miliar pada tahun 2021, menurut analis Bloomberg Intelligence Ada Lee.
Sejauh ini, Tiongkok terus berupaya menerapkan berbagai kebijakan untuk mengatasi situasi tersebut. Pada tahun 2016, pemerintah mencabut undang-undang satu anak yang telah berlaku puluhan tahun dan meningkatkan batas menjadi tiga anak pada tahun 2021.
Angka resmi dari tahun 2023 mengungkapkan bahwa angka kelahiran telah menurun selama tujuh tahun berturut-turut, dengan angka kematian melebihi jumlah kelahiran selama dua tahun berturut-turut.
Proyeksi populasi jangka panjang Tiongkok sebenarnya terlihat lebih suram. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan populasi Tiongkok bisa turun hingga 50% pada akhir abad ini. Akademi Ilmu Sosial Shanghai memperkirakan awal tahun ini bahwa populasinya akan turun sebesar 60 persen.
Li mengatakan tahun 2024, atau Tahun Naga dalam penanggalan Tiongkok, dapat meningkatkan jumlah kelahiran untuk sementara karena dianggap sebagai tahun yang baik. Namun, ia mengingatkan bahwa peningkatan kelahiran yang terkait dengan lambang zodiak hanya bersifat sementara, terutama karena angka pernikahan terus menurun.
“Mungkin para pembuat kebijakan akan mempercepat laju reformasi ketika mereka berupaya menghilangkan hambatan yang ada antara pasangan usia subur dan keinginan mereka untuk memulai sebuah keluarga,” kata Lee.
Masalah kependudukan di Tiongkok begitu serius karena populasinya juga menua dengan cepat. Yi Fuxian, ahli demografi dari Universitas Wisconsin-Madison, memperkirakan bahwa populasi berusia 60 tahun ke atas dapat mencapai 40% dari populasi. Tren ini diperkirakan akan membebani produktivitas perekonomian.
Pada tahun 2035, rasio ketergantungan Tiongkok dalam hal proporsi tanggungan terhadap penduduk usia kerja diperkirakan mencapai 53%. naik dari 46% pada tahun 2021, menurut laporan Economist Intelligence Unit dari The Economist Group.
Dalam situasi seperti ini, Tiongkok berencana menaikkan usia pensiun bagi warganya untuk pertama kalinya pada tahun depan. Hal ini merupakan upaya untuk mendorong warga lanjut usia Tiongkok untuk terus bekerja. Tonton video “Warga Ragu Menikah, Populasi Jepang Menurun 15 Tahun Berturut-turut” (avk/kna)