Jakarta –
Membangun personal branding di LinkedIn sangat penting untuk meningkatkan kehadiran Anda di dunia nyata dan virtual. Personal branding di LinkedIn juga membantu keberhasilan pengembangan karier.
Menurut pakar karir LinkedIn, Serla Rusli, platform ini merupakan tempat yang tepat bagi seseorang untuk memperluas jaringannya. LinkedIn memiliki visi dan misi untuk membantu para profesional di seluruh dunia, termasuk Indonesia, menjadi lebih produktif.
“LinkedIn adalah platform jaringan profesional di dunia, terbesar di dunia, kami memiliki lebih dari satu miliar anggota di seluruh dunia, di Indonesia sendiri kami memiliki hampir 37 juta anggota,” ujarnya di RDTX Place di Jakarta, Kamis (12 Mei). /2024d.).
“Visi kami adalah membantu para profesional di mana pun di dunia menjadi lebih produktif dan sukses. Misi kami adalah menciptakan peluang ekonomi bagi setiap anggota angkatan kerja global,” tambah Serla.
Selain itu, Serla juga membagikan 10 tips membangun personal brand di LinkedIn dengan mengoptimalkan fitur-fitur yang ada. Inilah beberapa di antaranya. Mulailah mengoptimalkan profil Anda
Menurut Serla, profil LinkedIn adalah orang pertama yang dilihat orang lain. Pastikan profil LinkedIn Anda lengkap, seperti gambar profil profesional dan jabatan yang jelas.
“Semua dimulai dari profil, foto membangun kepercayaan sehingga orang tahu apakah orang yang menghubungi saya di LinkedIn itu asli atau tidak,” ujarnya.
“Misalnya (wartawan) biasa menulis tentang ekonomi bisnis, ada bagian liputannya, ada publikasinya, supaya orang tahu. Kemudian bagian foto juga sangat penting karena menonjolkan karya yang kita tulis,” imbuhnya. Pertimbangkan merek LinkedIn
Kedua, katanya, jangan lupa untuk mengoptimalkan brand LinkedIn Anda. Hal ini membantu menciptakan konten yang konsisten dan relevan dengan audiens.
“Setelah profil kita siap dan aktif, informasinya lengkap, kedua, pertimbangkan merek LinkedIn kita. Siapa yang mendefinisikan komunitas kita? Siapa yang ingin kita ajak bicara di LinkedIn bisa bergantung pada pesan kita sendiri, jadi siapa audiens kita?”
“Tujuannya untuk mencari sumber yang lebih banyak, yang kedua, kita juga bisa menjangkau khalayak yang lebih luas lagi mengenai berita kita, mungkin berita yang kita tulis masuk akal, pembahasan seperti apa yang ingin kita pancarkan dengan artikel kita,” ujarnya.3 . Bagikan liputan
Selain itu, pengguna LinkedIn juga dapat berbagi pengalaman, pengetahuan, dan keahlian melalui postingan menarik. Bisa berupa artikel, video, atau bahkan kutipan inspiratif.
“Jadi kita berikan sedikit rangkuman agar masyarakat tahu artikel atau beritanya apa dan kita tambahkan cuplikan dan kutipan yang menarik dari sumbernya, tidak harus panjang-panjang, tapi bisa menarik perhatian.” katanya.
“Ingat kita bisa menandai sumber kita di LinkedIn karena kemungkinan besar mereka juga punya profil LinkedIn sehingga kita bisa menandainya, lalu membagikannya, maka mereka akan mendapat notifikasi agar banyak orang membaca berita kita,” jelasnya. 4. Coba jenis yang berbeda. tentang konten
Selain itu, berbagai fitur konten dapat digunakan di LinkedIn. Bereksperimenlah dengan berbagai jenis konten ini untuk melihat mana yang terbaik bagi audiens Anda. Ini termasuk survei, dokumen PDF, galeri gambar, video pendek, buletin, dan siaran langsung.
“Jadi dulu ada jajak pendapat, dari jawaban jajak pendapat itu, mungkin kedepannya bisa kita jadikan artikel. Misalnya dengan jajak pendapat ini kita bisa memicu perbincangan apakah kita harus menggunakan dasi untuk wawancara kerja? Ada juga PDF dokumen, misalnya teman berbagi berita dengan infografis “Seperti slideshow”, jelasnya.
“Kemudian video pendek idealnya berdurasi 15 detik hingga 3 menit secara vertikal. Konten yang paling berharga adalah video yang berbagi informasi dan keterampilan pengembangan karier, penjelasan berita industri, inspirasi, tips rekrutmen dan wawancara, tren budaya tempat kerja,” kata Serla 5. Engage Networks.
Serla kemudian mengatakan, jaringan yang kuat juga sangat penting dalam membangun personal brand. Hal ini dapat dilakukan dengan membalas komentar, sehingga meningkatkan visibilitas topik penting dalam survei.
“Misalnya kalau (wartawan) butuh narasumber, tidak ada salahnya memposting di media mana pun saya menjadi reporter, saya mencari narasumber yang ahli di bidang itu agar bisa kita gabungkan networking,” jelasnya kepada Workforce Insights.
(acd/ega)