Jakarta –
Pinjaman mobil berbiaya rendah (LCGC) telah menurun tajam sejak krisis kelas menengah “kelas rendah”. Pasalnya, sepeda saku menjadi pilihan utama bagi para pemula atau pengguna entry level.
Senior Vice President Kredit dan Risiko PT Mandiri Utama Finance (MUF), Dapot Sinaga mengatakan, mobil dengan harga Rp 300 juta ke bawah paling terkena dampak penurunan daya beli masyarakat kelas menengah. Kendaraan LCGC merupakan penyumbang utama harga ini.
Dapot Sinaga dalam konferensi di Kuningan, Jakarta Selatan: “Kami dapat mengatakan bahwa mobil LCGC adalah yang terdepan dalam hal penjualan (kredit). Namun daya beli telah menurun dan mereka juga merupakan kelompok yang paling rentan.”
“Ini memang tantangan dari sisi pembiayaan bagi kami. Tapi kalau dilihat dari produk, sisi operasional dan kawan-kawan, yang perlu diperbaiki secara mendasar adalah dampak daya beli (pelemahan) bisa atas segalanya. , “tambahnya. .
Dapot menjelaskan, masyarakat yang masuk dalam kriteria konsumsi LCGC saat ini lebih memilih membelanjakan uangnya untuk kebutuhan pokok. Kemudian sisanya disimpan untuk kebutuhan masa depan. Mobil atau kebutuhan pokok lainnya tidaklah mendesak ketika keadaan menjadi sulit.
“Ini yang kita lihat, wah ini ada dampaknya. Ini dampak langsung dari menurunnya daya beli masyarakat, sehingga mungkin uang jajan tidak akan cukup untuk membayar (mobil) pada tahap awal. Tapi untuk kebutuhan pokok. . ” katanya.
Di sisi lain, menurut Dapot, permintaan kredit mobil jangka menengah masih normal yakni belum terpengaruh.
Jadi kalau kita lihat datanya, 700 juta lebih mobil dalam kondisi aman dan terjamin. Tidak ada masalah khusus. Tapi kelas menengah ke bawah yang paling terkena dampaknya, ujarnya. . Saksikan video “Upah Berhenti Naik, Daya Beli Menurun” (sfn/din)