Jakarta –
Pemerintah Amerika Serikat mendorong warganya untuk menggunakan aplikasi terenkripsi untuk menelepon dan mengirim SMS.
Tujuannya untuk mengurangi risiko bocornya data pribadi ke tangan peretas asing yang diduga masih berkeliaran di jaringan telekomunikasi AS, seperti dikutip detikINET dari The Verge.
Informasi tersebut disampaikan dua pejabat dari Biro Investigasi Federal (FBI) dan Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur (CISA), dikutip dari NBC News. Mereka mengatakan dampak serangan baru-baru ini terhadap sistem telekomunikasi Amerika masih terasa hingga saat ini.
Serangan tersebut dilakukan oleh kelompok peretas Tiongkok Salt Typhoon, dan perusahaan yang terkena dampaknya termasuk AT&T, Verizon, T-Mobile, dan Lumen Technologies.
Serangan itu terjadi Oktober lalu dan menargetkan beberapa orang penting dalam kampanye Donald Trump dan Kamala Harris.
Dua bulan setelah serangan itu ditemukan, peretas masih dapat mengakses data sensitif Amerika di jaringan telekomunikasi yang terkena dampak.
Data yang dapat diakses meliputi catatan panggilan, durasi percakapan telepon, dan dalam beberapa kasus bahkan kemampuan untuk memblokir panggilan. Hal yang sama berlaku untuk mengirim pesan tidak terenkripsi.
Jeff Green, asisten direktur keamanan siber CISA, mengatakan tingkat peretasan sangat tinggi. Sedemikian rupa sehingga organisasi tersebut tidak dapat memprediksi kapan mereka akan dapat mengungkapkan sepenuhnya seluruh aktivitas peretasan.
“Enkripsi adalah teman Anda, baik itu dalam pesan atau Anda dapat menggunakan komunikasi suara terenkripsi. Bahkan jika musuh dapat menangkap informasi tersebut, jika dienkripsi, maka informasi tersebut tidak akan terbaca,” kata Greene. Saksikan video “Kata Pakar Belajar Keamanan Sibermemaksa video jafr mereka di Keamanan Cyber (asj/afr)