Jakarta –

BPOM melepas obat herbal ilegal yang beredar di wilayah Jawa Barat tanpa izin. Produknya didistribusikan di toko jamu seduh di wilayah Bandung, Cimahi, Purwakarta, Depok, dan Subang.

Jumlah barang bukti obat alam ilegal yang disita mencapai 218 item dengan nilai ekonomi Rp 8,1 miliar. Obat tersebut diduga bahan kimia obat (MCO) sildenafil sitrat, fenilbutazon, metampiron, piroksikam, parasetamol, dan deksametason.

Lalu obat apa saja yang ditemukan? Apa bahayanya penggunaan obat-obatan tersebut? Daftar 10 Obat Herbal Ilegal Berbahaya Ditemukan BPOM

Mengutip siaran pers situs BPOM, berikut daftar obat herbal ilegal karena mengandung BKO: Cobra

Obat herbal tidak boleh mengandung BKO, apalagi dalam dosis yang tidak terukur sehingga dapat menimbulkan risiko kerugian bagi masyarakat. Seperti namanya, obat herbal sebaiknya hanya mengandung bahan-bahan alami dan diharapkan tidak berbahaya serta memiliki efek samping yang minimal.

BPOM mengatakan, hasil operasi pemberantasan jamu ilegal masih dalam proses penyelidikan lebih lanjut. Berdasarkan peraturan UU No. 17 Tahun 2023 terkait Kesehatan, pelanggar terancam pidana penjara maksimal 12 tahun atau denda maksimal Rp 5 miliar Bahaya penggunaan jamu mengandung BKO

Menurut Taruna Iqrar, Kepala BPOM RI, konsumsi obat alami tanpa izin edar atau mengandung BKO sangat berisiko bagi kesehatan. Obat ini bisa berakibat fatal dalam jumlah besar.

“Obat-obatan alami yang mengandung sildenafil memang dijual dengan tujuan merangsang syahwat dan stamina pria, namun perlu diingat jika dikonsumsi berlebihan bisa berakibat fatal,” kata Taruna dalam jumpa pers dikutip DetikHealth. Hal ini dapat menyebabkan serangan jantung.

Taruna mengatakan penggunaan obat-obatan tersebut dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti gagal ginjal, kerusakan hati dan gangguan kesehatan lainnya bahkan berujung pada kematian. Oleh karena itu BPOM mendorong seluruh pelaku usaha naturopati baik dari tingkat produsen, distributor/agen, dan pengecer untuk berperan aktif dan menunjukkan komitmen yang konsisten untuk menjamin jaminan keamanan.

Senada dengan hal tersebut, bahaya penggunaan bahan kimia dalam pengobatan tradisional juga dilaporkan oleh Profesor Dr APT Hayun, MSI, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, dalam website Universitas Indonesia. Menurutnya, bahaya tersebut bisa muncul jika dosis yang diminum tidak tepat. Hal ini dapat menimbulkan reaksi antara zat aktif BKO dengan obat konvensional sehingga menimbulkan efek samping yang serius.

Sementara dari segi ekonomi, kemunculan produk yang mengandung BKO dapat merugikan bahkan bagi produsen obat tradisional yang sah karena persaingan yang tidak sehat. Di sisi lain, biaya kesehatan masyarakat juga meningkat akibat efek samping yang ditimbulkan. Lebih lanjut, kehadiran obat-obatan tersebut dapat menurunkan penggunaan atau konsumsi dan citra jamu sebagai warisan nasional Indonesia. Biasanya BKO apa yang ditambahkan pada obat herbal?

Merujuk laman BPOM, berikut beberapa contoh penyertaan BKO dalam obat herbal: Obat Herbal Sakit dan Nyeri

Jenis obat herbal berikut ini yang sering ditambahkan pada BKO untuk obat pelangsing herbal:

BKO yang ditambahkan pada obat herbal ini bekerja pada sistem saraf pusat untuk menekan rangsangan nafsu makan dan meningkatkan kapasitas aktivitas untuk meningkatkan stamina pria:

Obat herbal jenis ini sering kali menambahkan BKO untuk meredakan nyeri. BKO juga ditambahkan untuk mengobati disfungsi ereksi.

BKO untuk disfungsi ereksi umumnya bekerja dengan meningkatkan aliran darah ke corpus cavernosum, namun sering kali disertai dengan pelebaran pembuluh darah jantung. Hal ini bisa sangat berbahaya dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada pasien jantung yang menerima obat jantung sejenis.

Masyarakat tidak boleh mengonsumsi obat-obatan herbal ilegal. BPOM mengingatkan masyarakat untuk selalu cerdas dan berhati-hati dalam menggunakan obat alami. Masyarakat wajib selalu memeriksa kemasan, label, izin edar, dan tanggal kadaluwarsa melalui aplikasi atau website BPOM. Tonton video “Video: Tingkat penyalahgunaan ketamin mencapai puncaknya di Bali” (Rusa/Baris)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *