Jakarta –
Bos X, Musk, mengatakan Singapura dan banyak negara lain akan mengalami “kepunahan”. Hal ini karena tingkat kesuburan menurun di beberapa negara.
Komentar tersebut ia sampaikan menanggapi komentar Mario Naufal (salah satu influencer X) yang menyebut Singapura sedang mengalami krisis bayi. Dia mengutip data yang disediakan oleh Newsweek.
Tweet Nawfal berbunyi, “Krisis bayi di Singapura: bisakah robot menyelamatkannya?”
Angka kelahiran di Singapura dikatakan telah mencapai titik terendah, dengan hanya 0,97 anak per perempuan. Jumlah ini jauh di bawah angka 2,1 yang dibutuhkan untuk memberi makan penduduk.
“Apa artinya ini? Semakin banyak orang lanjut usia, semakin sedikit pekerja, dan jumlah tenaga kerja semakin menyusut. Mulai dari pabrik hingga distribusi makanan, robot menggantikan tenaga kerja yang tidak memadai,” katanya.
“Pada tahun 2030, hampir seperempat penduduk Singapura akan berusia di atas 65 tahun, dan rasio ketergantungan telah turun secara signifikan menjadi empat orang dewasa yang bekerja per orang lanjut usia. Pada tahun 2014, rasionya menjadi enam,” lanjutnya.
Selain itu, Nofal mengatakan pemerintah Singapura menginginkan lebih banyak kesempatan kerja bagi warga lanjut usia dan sedang mencoba beralih ke robot. Seperti kita ketahui bersama, Singapura memiliki kepadatan robot tertinggi kedua di dunia.
Elon Musk kemudian membalas tweet tersebut dengan kalimat singkat. “Singapura (dan banyak negara lainnya) sedang punah,” tulis pendiri SpaceX dan Tesla.
Pandangan Musk tersebut mendapat beragam komentar dari netizen di seluruh dunia.
“Orang-orang hanya berusaha untuk bertahan hidup. Orang membutuhkan lebih banyak uang untuk membesarkan keluarga dengan damai,” kata @nilgirian.
@CoffeeNGrit berkata, “Angka kelahiran tampaknya menurun di mana-mana!”
“Di bandara sudah ada robot. Dorong generasi muda untuk punya bayi. Berikan insentif kepada keluarga,” kata @JamesPGoddard90.
Proporsi warga Singapura berusia 15 tahun ke atas yang berpartisipasi dalam angkatan kerja mengalami sedikit penurunan. Tahun ini angkanya mencapai 68,2 persen. Angka ini turun dari 68,6% pada tahun 2023, menurut laporan terbaru dari Kementerian Tenaga Kerja (Kementerian Tenaga Kerja) negara tersebut. Pihak berwenang mengaitkan penurunan ini dengan peningkatan populasi lansia.
“Meskipun tingkat partisipasi angkatan kerja tetap tinggi, angka tersebut menurun selama tiga tahun berturut-turut karena peningkatan proporsi penduduk lanjut usia,” kata kementerian dalam pernyataannya pada tanggal 28 November. katanya.
“Seiring bertambahnya usia angkatan kerja, semakin penting untuk terus bekerja guna meningkatkan kelayakan kerja dan kemampuan kerja pekerja yang lebih tua,” lanjutnya. Tonton video “Video: Musk menyumbang Rp 15 miliar jelang pemilu presiden AS yang berujung pada penuntutan” (Investigasi/Penyelidikan)