Jakarta –
Sebuah kota di Georgia, Amerika berencana menyambut tahun 2025 dengan penuh kejutan. Alih-alih kembang api, bangunan hotel lah yang menjadi sumber ledakan.
Menurut Press Orlando, Rabu (26/11/2024), kota Macon-Bibb County menyetujui rencana untuk meledakkan hotel kosong berlantai 16 itu pada tengah malam pada Malam Tahun Baru.
Dewan menghabiskan 4,5 juta USD atau sekitar Rp 71,6 miliar untuk membeli hotel tersebut dalam proses kebangkrutan pemerintah. Namun, meski merogoh kocek dalam-dalam, pemerintah kota setuju untuk menyewa perusahaan untuk menghancurkan bangunan tersebut.
Tak hanya itu, menurut media lokal biaya untuk melepaskan dan menghilangkannya sangat besar, yakni sekitar 2,6 juta USD atau sekitar 41,4 miliar.
“Kami membeli properti ini untuk meledakkannya,” kata Walikota Macon Lester Miller kepada WMAZ-TV.
Hotel ini dibuka pada tahun 1970 dengan tamu terkenal termasuk Elvis Presley. Namun sayang, secara finansial hotel tersebut tidak pernah sukses.
Departemen Perbankan New York bahkan menyita hotel tersebut pada tahun 1991. Mereka mengatakan hotel tersebut adalah salah satu aset skema penipuan dan pencucian uang yang terkait dengan Bank of Credit and Commerce International.
Bank tersebut dituduh membantu Saddam Hussein dengan menyembunyikan pendapatan minyak Irak dan mendukung kesepakatan senjata Oliver North dengan Iran.
Sementara itu, gedung di tepi utara pusat kota Macon ini terakhir dioperasikan dengan nama Ramada Plaza dan ditutup sejak 2017.
Arsitek yang merancangnya adalah Morris Lapidus, terkenal karena menciptakan hotel di Miami Beach. Namun Walikota Miller mengatakan bangunan itu secara struktural tidak kokoh dan tidak dapat diperbaiki.
“Kami akan mengeluarkan sejumlah uang untuk menghancurkan gedung itu,” kata Miller.
Namun yang akan dilihat adalah bangunan yang menggantikannya akan 100 kali lipat dari sekarang, lanjutnya.
Sementara itu, anggota panitia yang membawahi Gereja Episkopal Kristus, Rush Henry mengatakan, jemaah sangat terpukul karena ledakan tersebut dapat merusak gedung gereja bersejarah di kawasan tersebut.
Henry mengatakan bahwa gereja tidak menentang rencana pembongkaran tersebut, namun pemerintah setempat memperhatikannya dengan hati-hati, mengingat bahwa gereja tersebut memiliki jendela kaca bersejarah dan akan merayakan hari jadinya yang ke-200 tahun depan.
“Ini pemandangan yang tidak menyenangkan bagi seluruh masyarakat, kami ingin ada hal lain di sana,” kata Henry.
“Kami hanya ingin memastikan gereja kami tidak meledak pada perayaan seratus tahun kami,” tambahnya.
Miller mengatakan pemilik properti di dekatnya akan dihubungi untuk berdiskusi dalam beberapa minggu ke depan dan mengatakan dia ingin melindungi gereja. Tonton video “Video: Google Mengutuk Perintah Pemerintah AS untuk Menjual Chrome” (wkn/fem)