Jakarta –
Kepala National Institute of Single Window (LNSW) Oja Olavia mengungkapkan perizinan impor lebih mendominasi dibandingkan ekspor. Menurut dia, hal itu akibat kebijakan pelarangan ekspor barang tertentu.
Impor pasti banyak, impor pasti banyak, karena larangan pembatasan lebih dominan impor, lebih dominan impor, kata Oja kepada wartawan di Jakarta, Jumat (6/12/2024). .
Embargo ekspor berlaku terhadap barang-barang tertentu karena sejumlah alasan, termasuk melindungi kepentingan nasional, menjaga keseimbangan perdagangan, dan menegakkan perjanjian perdagangan internasional.
Sementara itu, Oja mengungkapkan Kementerian Perdagangan (Kemendag) menjadi salah satu pihak yang paling banyak mengajukan izin.
“Karena perdagangan internasional, kebanyakan dari teman-teman (kementerian) perdagangan. Tapi perdagangan tidak ada izinnya sendiri, biasanya diberikan ke kementerian lain juga,” jelasnya.
Meski demikian, Ojha menegaskan, bukan berarti kementerian lain tidak akan mengajukan izin. Ia mengatakan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kesehatan, Kementerian Komunikasi dan Teknologi Digital, Badan POM, dan Badan Pengawas Tenaga Atom (BAPETEN) juga telah mengajukan izin ekspor dan impor.
“Jadi kementerian dan lembaganya ada 18, misalnya KLHK, sekarang KLH mungkin sudah terpecah, jadi banyak izin baik impor maupun ekspor (di LNSW),” rangkumnya.
Sekadar informasi, LNSW merupakan organisasi khusus yang menciptakan prosedur ekspor, impor dan logistik yang efisien, efektif, akuntabel dan transparan sebagai komitmen pembentukan National Single Window, Indonesia National Single Window (INSW) dan Indonesia National Single Window System (INSW). . DOSA).
Dalam pertemuan terpisah, Ircham Habib, Direktur Pelayanan, Data dan Kemitraan, National Institute of Single Window (LNSW) mengatakan besi/baja termasuk komoditas utama yang kerap ditawarkan izin ekspor.
Meski ia menyebut besi/baja merupakan komoditas utama yang sering diajukan izin impornya, namun ia tidak menyebutkan secara pasti berapa izin yang terdaftar di LNSW karena data sebenarnya masih di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
“Kelonggaran kalau tidak salah kebanyakan dari besi/baja. Besi/baja paling tinggi kalau soal izin ya,” kata Habib dalam konferensi di Jakarta, Jumat (12/06/2024).
Habib memperkirakan besi/baja akan menjadi komoditas yang paling banyak diminta karena tingginya permintaan dari perusahaan-perusahaan seperti industri otomotif, elektronik, dan konstruksi.
Selain itu, perusahaan juga melayani banyak sektor seperti manufaktur besi/baja, besi/baja otomotif, elektronik, konstruksi, dan lain-lain. Kebanyakan soal perizinan. “Orang dari sektor ini sangat sedikit.” ,” tutupnya. (Kiel /keel)