Jakarta –
Survei yang dilakukan Health Collaborative Center (HCC) melaporkan bahwa tiga dari sepuluh remaja atau siswa SMA di DKI Jakarta memiliki indikator gangguan kesehatan mental. Peneliti utama, Dr. Ray Wagiu, MKK, FRSPH menjelaskan banyaknya temuan masalah psikologis di kalangan generasi muda, 26 persen disebabkan oleh masalah dengan teman sebaya, 23 persen karena gangguan emosi seperti cemas, sering takut, dan lain-lain. . gangguan jiwa, gangguan jiwa akibat stres atau kecemasan.
Terakhir, 29 persen dikaitkan dengan gangguan jiwa saat masih bersekolah, hiperaktif membuat remaja mudah terdistraksi dan sulit memperhatikan saat belajar di sekolah. Ada sejumlah siswa, meskipun jumlahnya sangat kecil, yang menderita gangguan jiwa akibat masalah perilaku antara lain sering berkelahi, berbohong, dan menyontek.
“Dari hasil survei ini ditemukan tiga permasalahan utama yang menjadi fokus generasi muda, yang pertama adalah permasalahan atau permasalahan pada harga diri, 81 persen menghadapi permasalahan kepercayaan diri, 8 persen menghadapi dari 10 remaja. ” jelasnya dalam jumpa pers, Selasa (17/12/2024).
“Selain itu, 67 persen atau 6 dari 7 remaja mengalami kendala pada penampilan sehingga mengalami gangguan jiwa meski tidak merasa seperti anak lain yang membeli sepatu baru,” tegasnya.
Terakhir, lebih dari 75 persen juga mempunyai permasalahan dengan keluarga yang menyekolahkan mereka, salah satunya terkait kondisi ekonomi. Terdapat 10 persen anak tanpa orang tua, dan 30 hingga 40 persen orang tua remaja di DKI memiliki orang tua di bawah upah minimum provinsi.
Sayangnya, guru sekolah, termasuk BK, dianggap kurang percaya diri untuk bisa dihubungi secara luas. Berdasarkan hasil survei HCC pada bulan Oktober 2024, hanya 8 persen remaja dengan masalah kesehatan mental memilih untuk memberi tahu guru.
Sisanya 55 persen lebih memilih untuk lebih mempercayai teman sebayanya, 54 persen lainnya lebih memilih untuk “mempercayai” orang tuanya.
“Dalam riset kami juga terlihat bahwa tiga tempat paling nyaman bagi generasi muda untuk percaya diri bukan di ruang BK, melainkan di ruang kelas, kantin, dan kamar mandi. privat, artinya di ruang BK tidak ada privasinya, tidak,” tutupnya, menyimpulkan hasil penelitian dengan memotret situasi SMA di DKI, baik negeri maupun swasta. Saksikan video “Video Mental Pelayanan Kesehatan Masyarakat Bawah di Puskesmas” (naf/kna )