Jakarta –
Proses merger antara XL Axiat dan Smartfren sedang berjalan. Salah satu pertanyaan yang muncul adalah apa yang terjadi dengan frekuensi yang dimiliki kedua operator tersebut setelah merger?
Merza Fachys, President, Director Smartfren, memberikan gambaran mengenai hal tersebut. Ditegaskannya, spektrum frekuensi sepenuhnya menjadi kewenangan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkomdigi).
Seluruh spektrum itu kewenangan Menkominfo. Jadi tidak ada aturan yang mengatakan harus dikembalikan atau tidak dikembalikan atau semacamnya, ujarnya saat pemaparan bisnis perseroan tahun 2024 di kantor Smartfren, Jakarta. , pada Jumat (20/12/2024).
Selain itu, dia menjelaskan, Smartfren dan XL telah mengajukan proposal rencana bisnis kepada Comdigio terkait rencana merger, termasuk rencana penggunaan frekuensi.
“Dalam surat yang kami sampaikan ke Comdigi sebenarnya kami sudah menyampaikan proposal rencana bisnis yang kami rencanakan, apa yang kami inginkan di jalur ini (merger). Yang kami harapkan adalah rencana bisnis yang akan kami buat untuk 1 tahun ke depan. 3, atau 5 tahun,” jelasnya. .
Namun, diakuinya usulan tersebut masih bersifat umum dan belum detail. Nantinya, tim evaluasi dari Komdigi akan melakukan penilaian dan diskusi lebih lanjut dengan XL dan Smartfren untuk membahas detail rencana bisnis tersebut.
Tapi semuanya tentu masih dalam bentuk yang sangat matang (secara umum). Nanti kalau tim evaluasi Kominfo mulai melakukan evaluasi, tentu akan kita bahas. Nanti kita bahas lebih detail. Dan secara paralel tentunya. tim antara XL dan Smartfren dia juga mengerjakan detail – detailnya,” jelas Merza.
Hasil evaluasi ini akan menentukan apakah seluruh frekuensi yang dimiliki XL dan Smartfren dapat digunakan dengan baik sesuai rencana bisnis yang diusulkan.
Penilaiannya nanti akan dilihat ketika semua frekuensi ini sudah optimal sesuai rencana bisnis yang ada. Kalau menurut Komdigi terlalu banyak dan mungkin tidak perlu diambil, kata Kepala Smartfren.
Sebaliknya, jika Komdigi menilai frekuensi yang ada berlebihan dan kurang dimanfaatkan, maka ada kemungkinan frekuensi tersebut akan dikembalikan.
“Tapi kalau kurang maksimal mungkin diambil sebagian besar. Tapi kalau kurang maksimal diberikan? Ada mekanismenya, lewat lelang,” ujarnya.
Saat ini XL dan Smartfren masih menunggu hasil evaluasi dari Komdigi. Menurut dia, proses evaluasi ini sangat bergantung pada bagaimana Komdigi melakukan pembahasan secara detail dengan kelompok rencana bisnis kedua operator tersebut.
“Yah, itu semua tergantung seberapa detail Komdigi berbicara dengan tim rencana bisnis,” pungkas Merza. Tonton video “Video Smartfren berharap bisa kompetitif setelah merger: Anda tidak boleh kehilangan akal” (afr/afr)