Kuala Lumpur –
Banjir besar yang melanda Malaysia dan Thailand selatan telah mendatangkan malapetaka pada industri pariwisata.
Akibatnya, pihak berwenang menyarankan wisatawan untuk mempertimbangkan kembali rencana perjalanan ke daerah tersebut.
Pada Rabu (4 Desember 2024) Karryon melaporkan bahwa banjir yang sedang berlangsung berdampak pada infrastruktur penting dan kawasan tersebut, dengan potensi banjir lebih lanjut. Oleh karena itu, para pejabat Malaysia merekomendasikan untuk menunda perjalanan tersebut sampai situasinya membaik.
Associated Press melaporkan bahwa banjir yang disebabkan oleh hujan monsun telah menewaskan lebih dari 30 orang dan membuat puluhan ribu orang mengungsi. Banjir juga berdampak pada destinasi wisata populer di kedua negara, seperti kota Songkhla dan Hat Yai di Thailand.
Songchai Mungprasithichai, ketua Asosiasi Promosi Pariwisata Songkhla, mengungkapkan bahwa pariwisata daerah sangat terkena dampaknya, terutama wisatawan dari Malaysia.
“Baik kelompok wisata maupun wisatawan individu telah membatalkan perjalanan ke Hat Yai akhir pekan ini dan minggu depan. Meski Hat Yai tidak terkena dampak langsung, wilayah sekitarnya terendam banjir,” kata Songchai.
Selanjutnya, di Thailand selatan, sedikitnya 25 orang meninggal dan lebih dari 300.000 rumah tangga terkena dampaknya. Sekolah dan fasilitas kesehatan terpaksa ditutup, dan ribuan orang tetap berada di pusat evakuasi.
Di Malaysia, negara bagian Kelantan dan Terengganu di bagian timur laut adalah wilayah yang terkena dampak paling parah. Jalan, sawah, dan fasilitas umum terendam banjir, dengan kerusakan diperkirakan mencapai 1 miliar ringgit (3,5 triliun rupiah).
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan curah hujan dalam lima hari terakhir setara dengan curah hujan monsun selama enam bulan, memicu evakuasi massal yang mengirim sekitar 85.000 orang ke pusat penyelamatan.
Sementara itu, Pusat Komando Bencana Nasional Malaysia melaporkan bahwa evakuasi telah menurun dari 150.000 orang, meskipun diperkirakan akan terjadi gelombang hujan lagi pada minggu ini.
Kini pihak berwenang di kedua negara bersiap menghadapi hujan lebat, dengan tim darurat bersiaga dan menyediakan tempat berlindung bagi lebih banyak pengungsi.
Tingkat peringatan perjalanan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) untuk Malaysia dan Thailand tetap tidak berubah. Pemerintah Australia menyarankan warganya untuk mengambil tindakan keselamatan yang normal di Malaysia dan menerapkan kewaspadaan tinggi di Thailand.
Menurut situs Smartraveller DFAT, musim hujan di Thailand selatan berlangsung dari bulan November hingga Maret, di mana badai hebat dan banjir musiman yang meluas dapat terjadi tanpa peringatan.
Kementerian Luar Negeri mengatakan di Malaysia, banjir dan tanah longsor sering terjadi saat musim hujan yang biasanya berlangsung pada bulan Oktober hingga Februari. Tonton videonya: Momen Thailand Kerahkan Gajah untuk Evakuasi Korban Banjir (Upd/wsw)