Jakarta –

Salah satu upaya untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif pada anak adalah dengan memberikan suplementasi zat besi. Perkembangan kognitif anak erat kaitannya dengan kecukupan zat gizi makro dan mikro, termasuk zat besi. Zat besi berperan penting dalam banyak proses perkembangan otak.

Perkembangan otak dimulai setelah pembuahan hingga dewasa. Seribu hari pertama kehidupan dimulai sejak dalam kandungan ibu hingga anak mencapai usia 2 tahun. Masa ini merupakan masa emas bagi tumbuh kembang anak, khususnya otak dan daya tahan tubuh. Jika otak tidak berkembang secara maksimal pada masa ini, maka akan mempengaruhi kehidupan anak di kemudian hari.

Dokter Anak Dr. Wisvichi Yoshua Yasmin, MSc, SPA, mengatakan otak bayi terbentuk saat anak masih dalam kandungan atau dalam tahap janin. Otak adalah organ yang terdiri dari jaringan saraf. Volume jaringan saraf meningkat pesat di dalam rahim.

“Jadi kita bilang dari trimester 1 sampai trimester 2 itu organ-organnya, rumah-rumahnya, wadahnya terbentuk. Dan kompresi sel-sel saraf itu terjadi dari trimester 2 sampai trimester 3. Begitu juga dengan perpindahan zat besi,” kata itu pada Kamis (19). /12/2024) pada anak di Jakarta Selatan, zat besi berperan dalam perkembangan kognitif.

Zat besi ditransfer dari ibu ke janin, terutama pada trimester ke-3, sehingga pada periode tersebut asupan zat besi sangat diperlukan bagi ibu hamil, kata Dr Wisvici. Selain itu, perkembangan otak anak biasanya berkembang secara signifikan pada 6 bulan pertama. Kemudian datang periode kedua, yaitu antara 6 hingga 18 bulan dan berlangsung hingga 2 tahun.

Gambarannya menunjukkan 1.000 hari pertama adalah window period, periode emas, inilah perkembangan otak bayi Anda, lanjutnya.

“Saat itu kebutuhan gizi sangat penting, salah satunya zat besi,” lanjutnya.

Di sisi lain, kekurangan zat besi dapat mempengaruhi kesehatan anak. Anak-anak yang kekurangan zat besi dapat mengalami anemia. Anemia ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) yang lebih rendah dari normal dalam darah. Hemoglobin membawa oksigen dan mengantarkannya ke seluruh sel jaringan dalam tubuh. Anak yang mengalami anemia dapat mempengaruhi perkembangan kognitif anak, termasuk kecerdasan intelektual (IQ).

Zat besi merupakan mineral esensial yang sangat penting, kata Dr Wisvici. Zat ini melakukan banyak fungsi dalam tubuh manusia. Mereka bekerja untuk pembelahan sel, perkembangan sel, terutama sel saraf.

“Sel saraf membutuhkan zat besi dalam perkembangan jaringannya atau sebagai media penghubung antar sel saraf. Zat besi sangat dibutuhkan ketika jumlah zat besi yang disimpan dalam tubuh bayi berkurang, yaitu sekitar usia 6 bulan,” tambahnya.

Usia 6 bulan merupakan titik batas dimana simpanan zat besi ibu selama masa janin mulai menurun, sehingga kebutuhan makanan meningkat dari 0,3 g per hari sebelum usia 6 bulan menjadi usia 11 tahun. -12 g per hari”, tambahnya.

Tak hanya itu, zat besi juga sangat penting untuk interkoneksi sel-sel saraf atau koordinasi fungsi tubuh, seperti koordinasi gerak, otot bicara, otot lidah dan lain-lain. Oleh karena itu, ‘maklum’ jika anak yang mengalami kekurangan zat besi bisa jadi akan mengalami lambatnya perkembangan tubuh anak, termasuk otaknya. Simak video “Video: IDAI Sebut Anak Gemuk Bukan Berarti Sehat” (suc/suc)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *