Jakarta –
Teh adalah minuman yang sangat populer dan dihargai. Namun ada anggapan bahwa minuman ini tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena mengganggu penyerapan zat besi dalam tubuh, benarkah?
Zat besi merupakan salah satu mineral terpenting bagi anak. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia dan gangguan kognitif pada anak jika tidak ditangani.
Dokter spesialis anak, Dr Visvisi Yosua Yasmin M.Sc, SpA mengatakan, tidak disarankan memberikan teh pada anak, apalagi saat makan. Menurutnya, hal itu ada hubungannya dengan tanin pada teh.
Jika tanin dikonsumsi menjelang waktu makan, maka tanin bisa menjadi “pesaing” zat besi dalam tubuh. Akibatnya penyerapan zat besi dalam tubuh anak menjadi tidak maksimal.
“Untuk minuman seperti teh dan kopi mempengaruhi penyerapan zat besi karena teh mengandung tanin yang bersaing dengan zat besi,” ujarnya dalam acara kolom Kesehatan Ibu tentang Zat Besi dalam Perkembangan Kognitif Anak di Selatan. Jakarta, Kamis (19/12/2024).
Selain tanin, banyak makanan dan minuman yang mengandung kalsium dan magnesium yang bisa menjadi “pesaing” penyerapan zat besi.
Memberikan teh di luar waktu makan anak dianggap lebih aman, namun Dr. Wiswicki mengatakan teh tidak boleh diberikan kepada anak di bawah 5 tahun. Hal ini disebabkan masih tingginya masalah defisiensi pada anak Indonesia.
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kekurangan zat besi pada anak sehingga mencegah terjadinya anemia.
Daripada memberikan teh, disarankan untuk meminum minuman yang kaya vitamin C atau vitamin B12. Menurutnya, kedua jenis vitamin tersebut membantu meningkatkan penyerapan zat besi.
“Tapi misalnya kita minum minuman yang kaya vitamin C atau vitamin B12, maka baik diminum karena meningkatkan atau meningkatkan penyerapan zat besi,” ujarnya.
“Contohnya saya suka bilang: “Ayo makan daging, minum jus jeruk”, agar penyerapan zat besi lebih optimal,” kata dr Visvisi. Tonton video “Fakta atau Mitos: Minum teh sambil makan bisa menyebabkan anemia” (avk/up)