Jakarta –
Monumen Nasional atau lebih dikenal dengan Monas merupakan sebuah monumen yang terletak di pusat kota Jakarta. Monas ikonik berbentuk nyala api berlapis emas berada di atas monumen. Namun, tahukah para detektif siapa yang menyumbangkan emas tersebut?
Laporan dari situs Badan Sertifikasi Kadin DKI Jakarta, Sabtu (14/12/2024), Monas mulai dibangun pada Agustus 1959.
Monas dibangun oleh arsitek Indonesia yaitu Soedarsono, Frederick Silaban, dan Ir. Rooseno. Monas dibuka pada 17 Agustus 1961, dalam rangka HUT Indonesia yang ke-16. Monas diresmikan oleh Presiden Sukarno dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975.
Api yang membara menjadi salah satu ciri Monas yang paling menonjol. Patung perunggu tersebut memiliki berat 14,5 ton, tinggi 14 meter, dan diameter 6 meter.
Nantinya, api itu terdiri dari 77 bagian. Seluruh apinya dilapisi dengan lempengan emas yang beratnya sekitar 38 kg. Ternyata emas tersebut diberikan oleh seorang dermawan Axe.
Laporan Teuku Markam: Kisah Kejam Seorang Filantropis Nasional yang Dikumpulkan Hizbullah, 28 kg dari 38 kg emas tersebut merupakan sumbangan dari seorang dermawan asal Aceh bernama Teuku Markam. Ia merupakan seorang pengusaha yang menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia pada masa Orde Lama.
Teuku Markam merupakan keturunan uleebalang (bangsawan) di Aceh. Teuku Markam diperkirakan lahir pada tahun 1925. Semasa muda, Teuku Markam memulai wajib militernya di Koeta Radja (Banda Aceh) dan lulus dengan pangkat letnan satu. Teuku Markam kemudian bergabung dengan Tentara Rakyat Indonesia (TRI) dan ikut serta dalam Pertempuran Wilayah Medan di Tembung, Sumatera Utara.
Setelah itu Teuku Markam dikirim ke Bandung untuk menjadi asisten Jenderal Gatot Subroto. Jenderal Gatot Subroto kemudian mengangkat Teuku Markam menjadi IR. Sukarno yang saat itu sedang mencari pengusaha lokal yang mampu mengatasi permasalahan perekonomian di Indonesia.
Pada tahun 1957, Teuku Markham kembali ke kampung halamannya di Ach, ketika ia dipromosikan menjadi kapten. Kemudian beliau mendirikan PT Karkam. Teuku Markom ditahan karena punya permusuhan dengan Panglima Kodam Iskandar Muda Teuku Hamzah.
Namun ia dibebaskan pada tahun 1958 dan segera kembali ke Jakarta bersama PT Karkam. Perusahaan ini dipercaya oleh pemerintah Orde Lama untuk mengurus pampasan perang, yaitu dana yang dikembalikan secara paksa oleh negara-negara pemenang perang ke negara-negara yang kalah perang dengan imbalan kerugian materiil.
Teuku Markam memiliki sejumlah aset berupa kapal dan memiliki banyak galangan kapal di Palembang, Medan, Jakarta, Makassar, dan Surabaya. Usaha Teuku Markam terus berkembang, ikut ekspor-ekspor dengan beberapa negara, misalnya dengan persetujuan Kementerian Pertahanan dan Keamanan dan Presiden Sukarno, mereka mengimpor mobil Toyota solid dari Jepang, batangan beton, pelat baja dan senjata. .
Hasil usaha Teuku Markom, selain menjadi sumber kekayaan, ia juga mengumpulkan 28 kilogram emas untuk ditempatkan di atas Manas. Selain itu, kontribusi Teuku Markam lainnya untuk Indonesia antara lain gratisnya lahan untuk proyek Istora Senayan, pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa Barat, rekonstruksi jalan negara di pantai timur Aceh, dan lain-lain.
Teuku Markam merupakan salah satu konglomerat Indonesia yang dikenal dekat dengan pemerintahan orde lama dan sejumlah pejabat. Pada era Sukarno, nama Teuku Markam sangat fenomenal bahkan disebut sebagai ‘Kabinet Bayangan’ pemerintahan orde lama.
Tonton juga videonya: Persaingan ketat Elon Musk dan Bernard Arnault untuk menjadi orang terkaya di dunia
(fdl/fdl)