Jakarta —
Kantor Staf Presiden (KSP) melihat harga MinyaKita mengalami kenaikan signifikan di pasaran. Dalam data KSP, harga MinyaKita mencapai Rp 17.200 per liter atau selisih 9,55% dari Harga Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp 15.700 per liter.
Deputi KSP Bidang Perdagangan dan Pangan Eddy Prijono mengungkapkan kenaikan harga MinyaKita disebabkan adanya kendala pada rantai pasok. Eddy mengatakan, ada penambahan rantai pasok yang terjadi mulai dari tingkat distributor hingga pengecer.
Idealnya harga MinyaKita dari produsen adalah Rp 13.500 per liter, kemudian jika ke distributor pertama yang dikelola Bulog harganya Rp 14.000. Dari situ Bulog mendistribusikan kembali MinyaKita ke distributor berikutnya dengan harga Rp 14.500.
Jadi dari distributor kedua MinyaKita bisa langsung dijual ke pengecer lalu dijual kembali ke masyarakat dengan harga Rp 15.700 sesuai HET. Namun kenyataannya terdapat tambahan rantai pasok antara distributor dan pengecer.
“Nah, hasil verifikasi lapangan kita di Jabar dan Jateng. Dari produsen ke distributor tidak ada masalah, tapi masalahnya dari distributor ke pengecer. Ternyata ada pengecer yang mengambil barangnya dan mengirimkannya ke distributor kedua. , di antaranya ada pedagang besar dan perdagangan berlapis,” jelas Eddie pada rapat pengendalian inflasi Senin (23/12/2024).
Ia mengungkapkan, penjualan MinyaKita di pasaran mengalami peningkatan. Hal ini dikhawatirkan akan membuat rantai pasok menjadi lebih panjang dan harga menjadi lebih mahal.
Pihaknya sendiri mengusulkan penguatan peran Bulog agar Bulog bisa langsung mendistribusikan MinyaKita ke pengecer di pasar. Dengan begitu, rantai pasok dari distributor hingga pengecer bisa terputus.
“Kami usulkan agar Bulog bisa memasok langsung ke pedagang besar bahkan pengecer. Kalau perlu ada surat perjanjian Bulog tidak boleh menjual MinyaKita di atas HET,” usul Eddie. (acd/acd)