Jakarta –

Baru-baru ini, sebuah video populer di media sosial memperlihatkan sederet pasien di sebuah rumah sakit besar di Tiongkok. Belakangan diketahui bahwa pasien tersebut menderita infeksi saluran pernafasan termasuk influenza A dan human metapneumovirus (HMPV).

Ada kekhawatiran kasus ini mulai menyebar ke luar China, termasuk Indonesia.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Dr. Vidyawati, MKM, mengatakan sejauh ini belum ada wabah serupa di Tiongkok. Mengutip data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Vidyawati menegaskan, peningkatan kasus influenza dan HMPV hanya terjadi di Tiongkok.

Dari informasi yang kami kumpulkan, khususnya dari WHO, sejauh ini infeksi influenza A dan HMPV pada manusia masih hanya beredar di China.

Dalam keterangannya, Selasa (2/1/2025), ia menjelaskan: “Ada kasus influenza A H5N1 di Indonesia pada tahun 2005 hingga 2017.”

Namun, tidak ada kasus baru yang dilaporkan sejak tahun 2018. Ada banyak kasus h5N6 dan H9N2 di Tiongkok, namun di Indonesia belum ditemukan kedua strain tersebut, lanjutnya.

Virus influenza A dan HMPV bukanlah virus baru, kata ahli epidemiologi Dickie Budiman dari Griffith University di Australia. Kedua penyakit pernapasan ini sudah lama tersebar luas dan menular, serta masih bertahan dan bertahan di beberapa daerah.

Virus influenza A merupakan salah satu virus yang paling banyak diawasi karena risikonya menjadi pandemi jika menyebar luas di kalangan manusia.

Dia menambahkan: “Itulah yang membuat kita khawatir ketika kita berbicara tentang influenza A. Makanya disebut serius, serius sekali. Tapi saat ini berada pada tingkat yang tidak berbahaya atau memprihatinkan.”

Berbeda dengan hMPV, virus pernapasan yang ditemukan pada tahun 2001 ini mirip dengan RSV atau virus syncytial. Penyakit ini lebih mungkin menyerang anak-anak, namun juga bisa menyerang orang dewasa ketika sistem kekebalan tubuh mereka melemah.

“Iya kalau kita bicara dua penyakit ini di Indonesia, pasti ada impor dari sana. Apalagi oleh pelancong internasional atau traveller, terutama dari Asia Timur,” ujarnya.

Namun, sekali lagi, dengan pengawasan perbatasan dan protokol kesehatan, risiko penularan yang parah dapat dikurangi. Selain itu, masyarakat di Indonesia juga harus berlatih memperbarui atau meningkatkan kekebalannya melalui vaksinasi, tutupnya. Tonton video “Video Pengaruh Uap Pada Tubuh: Risiko Bronkitis dan Kanker Paru” (naf/kna)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *