Jakarta –
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) terus berupaya meningkatkan kesejahteraan petani desa melalui beberapa program, salah satunya My Life Cluster. Desa Marun di Probolingo, Jawa Timur merupakan salah satu wilayah yang merasakan dampak positif dari hadirnya program tersebut.
Dodik Handoko, Ketua Kelompok Alpukat Probolingo, mengakui insentif yang diberikan BRI telah membuat warga desa bisa menanam tanaman alpukat dengan baik. Rangkaian Alpukat Probolingo juga merupakan bagian dari rangkaian My Life yang merupakan program pemberdayaan BRI untuk membantu UKM semakin berkembang.
Ia menceritakan, awalnya ia mulai menjual 100 kg alpukat lokal probolingo di pasar-pasar kecil. Namun seiring berjalannya waktu, jumlahnya semakin bertambah, setelah hanya mampu membeli satu ton, kini Dodik mampu menyuplai alpukat hingga 30-40 ton ke berbagai pasar di Indonesia.
Nama Alpukat Probolinggo juga dikenal di Pasar Induk Jakarta, Sekopo, Sibitong, Karamat Jati dan masih banyak daerah lainnya. Bahkan, alpukat Probolingo kini menjadi salah satu ikon buah unggulan daerah. Tak hanya terkenal di Jawa, Dodik juga menyuplai alpukat ke Medan, apalagi setelah stok alpukat lokal di Sumatera habis.
Dodik dalam keterangan tertulisnya, Kamis (2/2/2025), mengatakan, “Kalau Medan pendek kita kirim dari Probolingo, kalau luar Jawa pasokannya kadang dari kota jadi saling melengkapi. lainnya. ).
Menurut dia, harga alpukat yang dijual bervariasi sesuai pasar. Namun petani bisa mendapatkan keuntungan dari buah-buahan.
“Kalau di supermarket harganya bisa mencapai Rp30.000 per kilogram. Kalau di pasar tradisional berkisar Rp10.000,-Rp10.000-Rp17.000 per kilogram,” tuturnya.
Sebagai penyanyi pertama asal Kecamatan Marun, Alpukat dari Klaster Alpukat Probolingo juga turut hadir dalam acara Pasar UMKM BRIlian yang diselenggarakan di Kawasan BRI Park Jakarta hari ini. Alpukat terjual dalam sehari di pasar Dodik.
Dodik mengungkapkan, pasar yang disediakan BRI sebenarnya telah membantu kelompoknya sehingga Alpukat Probolingo bisa menghasilkan pendapatan lebih banyak dengan pangsa pasar yang lebih luas.
“Pasar UKM Brazil sangat membantu kami, dan kami berharap dapat menginspirasi pelaku UKM lainnya tidak hanya di sekitar kami, tapi juga di Indonesia,” ujarnya.
Pemberdayaan melalui BRI Life Group saya
Dodik mengatakan, dirinya mengetahui tentang Belt and Road Initiative sekitar sembilan tahun lalu atau pada tahun 2015. Pertama kali mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp 50 juta dari BRI. Modal tersebut menjadi titik awal berkembangnya usaha Dodic yang kini mampu memasarkan puluhan ton alpukat setiap musimnya.
Katanya, “Alhamdulillah, kami sudah berkembang dari modal pertama. Sejauh ini kami sudah untung banyak.”
Seiring dengan ekspansi usaha, Dodik pun menambah pinjaman KUR menjadi Rp 150 juta. Menariknya, pembayaran pinjaman selalu berjalan lancar tanpa kendala. Ia menyebut kemitraannya dengan BRI menjadi faktor kunci dalam menjaga kestabilan bisnisnya selama ini.
“Dengan Bank BRI kami tidak bingung mau ambil pinjaman kemana. Alhamdulillah pembayarannya juga mudah. Kami sangat terbantu,” ujarnya.
Dodek juga berharap kemitraan dengan BRI terus berlanjut, khususnya untuk mendukung pengembangan usaha kecil dan menengah seperti miliknya.
Dia berkata, ‘Saya yakin bisnis kami akan lebih sukses, maju, dan sejahtera dalam beberapa hari mendatang.
Sementara itu, Direktur Usaha Kecil BRI Supari mengatakan My Life Group merupakan pemberdayaan kelompok usaha yang berbasis di sektor yang sama, sehingga akan tercipta konvergensi dan kerja sama tim dalam peningkatan dan pengembangan usaha para anggotanya. Program Klaster Hidupku Supari merupakan salah satu bentuk strategi yang mengedepankan pemberdayaan.
“Secara keseluruhan, strategi usaha kecil BRI akan fokus pada pemberdayaan sebelum pembiayaan. BRI sebagai bank yang berkomitmen terhadap pelaku UMKM memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari tahap pondasi, integrasi, interkoneksi,” tutup Supari. Saksikan video “129 Tahun BRI Ciptakan Inovasi dan Pelayanan Prima untuk Indonesia” (prf/ega)