Jakarta –
Ada satu masalah yang sering tidak dipahami oleh wanita, yaitu stenosis aorta. Kondisi ini seringkali menimbulkan gejala seperti sesak napas, nyeri dada, pusing, detak jantung tidak teratur atau jantung berdebar, hingga bisa berujung pada pingsan.
Namun keluhan wanita bisa berbeda-beda.
“Wanita memiliki gejala yang lebih tidak khas, seperti merasa lelah, atau hanya merasa pusing namun tidak pingsan. Mereka juga dapat meringankan gejalanya,” kata Asisten Profesor Ho Kay Woon, konsultan senior di departemen kardiologi di NHCS, yang merawat pasien dengan penyakit ini. kondisi.
Inilah sebabnya mengapa gejala-gejala tersebut seringkali diabaikan oleh pasien wanita dan bahkan diabaikan oleh dokter, sehingga mengakibatkan penyakitnya mencapai stadium yang serius.
Kondisi ini bisa berbahaya karena dapat menyebabkan gagal jantung jika tidak ditangani. “Untuk pasien stadium lanjut, ketika gejala muncul, rata-rata kelangsungan hidup (tanpa operasi) adalah sekitar dua hingga lima tahun,” kata Prof Ho Prof.
Kondisi umum, jarang terlihat
Stenosis aorta menyumbang dua hingga tiga persen dari seluruh serangan jantung di dunia, dan lebih sering terjadi pada mereka yang berusia tujuh puluhan dan delapan puluhan.
“Sekitar tiga persen orang berusia 70-an akan mengalami kondisi ini. Kondisi ini meningkat menjadi sekitar 10 persen pada pasien berusia 80 tahun ke atas,” katanya.
“Dengan bertambahnya populasi penduduk lanjut usia, serta meningkatnya angka harapan hidup di Singapura, kami memperkirakan jumlah kasus stenosis aorta akan meningkat.”
Penuaan meningkatkan risiko stenosis aorta karena seiring bertambahnya usia, timbunan kalsium dapat menumpuk pada katup sehingga menyebabkan penyempitan. Stenosis aorta seringkali tidak terdeteksi hingga pasien menjalani pemeriksaan kesehatan rutin dengan dokter umum.
Hal ini karena pasien mungkin tidak merasakan gejala apa pun, terutama pada tahap awal penyakitnya, jelas Prof. Ho.
Prof Ho menganjurkan agar wanita memeriksakan diri ke dokter umum minimal setahun sekali, tidak hanya untuk memeriksa stenosis aorta, tetapi juga untuk mendeteksi berbagai kondisi medis yang mungkin muncul seiring bertambahnya usia, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes.
Dalam kasus stenosis aorta, jika murmur jantung terdeteksi, diagnosis harus dipastikan dengan ekokardiogram, USG jantung. Kemudian, pasien akan dirujuk ke dokter spesialis jantung untuk tindak lanjut.
Deteksi dini bermanfaat karena dokter dapat membantu pasien mengelola kondisi apa pun yang menyebabkan retensi kalsium, mengontrol kadar kolesterol, dan merekomendasikan perubahan gaya hidup seperti berhenti merokok untuk memperlambat perkembangan penyakit.
Pengobatan untuk stenosis aorta mungkin termasuk diuretik untuk mengurangi penumpukan cairan dalam tubuh, serta obat lain untuk memperlambat detak jantung, menurunkan tekanan darah, dan membantu arteri lebih terbuka. Obat-obatan ini terutama dirancang untuk mengatasi gejala dan mencegah komplikasi. Obat-obatan ini tidak dapat mencegah perkembangan penyakit. Oleh karena itu, dokter akan memantau pasien dengan beberapa ekokardiogram dari waktu ke waktu.
Kurangi faktor risiko Anda dengan mengendalikan tekanan darah dan kolesterol, berhenti merokok dan melakukan pemeriksaan rutin. “Hal ini mencegah mereka terkena penyakit lanjut dimana stenosis aorta dapat mempengaruhi fungsi jantung,” katanya.
“Ada pasien yang mengabaikan gejalanya, berharap kondisinya membaik hanya dengan pengobatan. Namun, kondisi ini bersifat progresif. Tidak membaik dengan sendirinya, dan bila akhirnya memburuk maka perlu pengobatan,” ujarnya.
Salah satu pasien yang dirawat Assoc Prof Ho mengalami sesak napas dan mengalami stenosis aorta parah. Namun, dia meremehkan gejalanya dan menolak operasi selama dua hingga tiga tahun.
“Kondisinya semakin memburuk, dan saat kami periksa kembali, dia sakit parah dan dirawat di rumah sakit karena tekanan darah rendah dan penumpukan cairan di paru-parunya,” ujarnya.
Beruntung bagi pasien ini, Prof. Ho dan timnya dapat mempercepat operasi, menyelesaikannya dengan sukses, dan pasien kini dalam keadaan sehat. Pasien yang menunda operasi terlalu lama dapat meningkatkan risiko operasi seiring dengan memburuknya kondisi dan bertambahnya usia, jelas Prof. Saya punya
“Kesadaran itu penting karena ada pengobatan yang efektif,” ujarnya. Saksikan video “Video: Sering Bicara Perawatan Kulit, Telepon Dokter BPOM” (naf/kna)