Indramayu –
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menyiapkan langkah strategis untuk menjaga harga ikan tetap stabil. Diketahui, kebutuhan konsumsi ikan pada Desember 2024 diperkirakan meningkat sebesar 5,45% atau 0,95 ton dibandingkan bulan sebelumnya dari November sebesar 0,9 juta ton.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan penumpukan ikan di sentra produksi juga mengganggu stabilitas harga ikan. Oleh karena itu, PKC melakukan distribusi yang memadai untuk menjaga harga ikan.
“Saat ini pembangunannya banyak di sentra-sentra produksi, sedangkan distribusinya hanya di satu tempat saja, seperti di Muara Baru dan sebagainya. Kedepannya juga akan kami kembangkan langsung ke pusat pelanggan, pusat konsumen. apa yang sedang kita jajaki,” kata Trenggono kepada wartawan di Karangsong, Kamis (26/12/2024) Kalasadama (PP), Indramayu, Jawa Barat.
Pada fase lainnya, Trenggono mengaku akan bersinergi dengan Badan Gizi Nasional (BGN) untuk memasok produk ikan. Dikatakannya, ke depan BGN akan membangun sekitar 30 kitchen center di setiap kabupaten. Menurut Trenggono, satu kitchen center memproduksi 3 ribu porsi dalam sehari untuk kebutuhan makanan bergizi gratis (MBG).
“Jadi kalau bicara kebutuhan protein, protein termurah dan terbesar, mulailah dari ikan versus hewani,” ujarnya.
Dibandingkan daging hewan peliharaan lainnya, Trenggono mengatakan kandungan protein produk ikan tidak terlalu tinggi. Ia juga mengatakan, produk ikan juga dapat diolah dengan asam lemak omega 3 dan 6 untuk memenuhi kebutuhan nutrisi MBG.
“Tidak harus dalam bentuk ikan, tapi kita bisa mengolahnya menjadi produk olahan ikan yang baik dengan kandungan protein omega 3, omega 6 yang sangat tinggi untuk kebutuhan protein nasional,” tutupnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Budi Sulistiyo mengatakan, melalui produksi dalam negeri, ikan diperkirakan mencapai 1,22 juta ton pada Desember 2024, atau meningkat 5,39% dibandingkan November 2024.
Hal ini didasarkan pada perkiraan produksi perikanan dan akuakultur yang memperhitungkan musim penangkapan ikan dan pola produksi akuakultur. “Dengan begitu stok ikan bisa kita pastikan aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga akhir tahun,” jelas Budi dalam keterangan resmi yang dirilis, Kamis (26 Desember 2024).
Dijelaskannya, perkiraan informasi tersebut diperoleh dari hasil koordinasi terkini dengan 38 dinas kelautan dan perikanan provinsi se-Indonesia. Menurut dia, baik pemerintah pusat maupun daerah telah berkomitmen bersama untuk memastikan kelancaran distribusi ikan ke seluruh Indonesia, sehingga kebutuhan protein ikan masyarakat dapat tercukupi.
Jenis ikan segar yang banyak diminati adalah ikan nila, udang, bandeng, cumi, kakap, sol dan striper. Sedangkan produk olahan beku seperti bakso ikan, siomay, chikuwa, rajungan, bandeng presto, dan ikan kaleng.
Menurut Bud, karena stok ikan berlebih, harga ikan akan tetap stabil hingga akhir tahun. Hanya sedikit ikan yang menaikkan harganya sebesar 3-7%, termasuk ikan nila dari sekitar Rp 32.000 di bulan November menjadi Rp 33.600 di bulan Desember. Selain itu, rata-rata harga udang yang semula Rp 77.770-80.385.
– Namun secara umum kenaikan harga masih dalam batas wajar karena adanya peningkatan permintaan konsumen yang datang seiring siklus tahunan setiap Natal dan Tahun Baru, khususnya ikan yang banyak diminati, jelas Budi. (jika jika)