Jakarta –

Ahmad Zainal Abidin, pakar polimer Institut Teknologi Bandung (ITB), menilai maraknya permasalahan Bisphenol A (BPA) belakangan ini disebabkan oleh faktor persaingan perusahaan. Ia juga meminta agar isu BPA tidak dimanfaatkan untuk mendikte persaingan usaha yang sehat.

“Saya ingin masyarakat memahami bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa isu BPA ini masuk akal secara ilmiah,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin. 25 November 2024).

Hal itu ia sampaikan pada seminar yang digelar baru-baru ini di Bandung oleh DPD DKI Jakarta Aspadin Banten Jawa Barat.

Menurut Zainal, hal itu sudah beberapa kali diumumkannya di Jakarta dan di tingkat daerah, pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat. Kami berharap masyarakat tidak tergiring pada persaingan korporasi yang tidak sehat karena isu BPA yang terus diangkat.

“Persoalan BPA terus dimunculkan hingga saat ini seolah-olah merupakan sebuah ilmu namun nyatanya ilmu itu sendiri tidak mengatakan bahwa BPA sama dengan polikarbonat pada tempatnya. Cari di sini,” jelasnya.

Ditegaskannya, galon polikarbonat yang kuat itu bukan BPA, melainkan bahannya terbuat dari BPA. Menurutnya, itu adalah hal yang berbeda. Namun menurutnya, ada beberapa parpol yang sengaja mengangkat isu galon polikarbonat yang disamakan dengan BPA untuk persaingan usaha.

“Polikarbonat 100% aman,” katanya. “Tetapi banyak orang mengatakan BPA bersifat karsinogen.

Menurut Zainal, terkait migrasi BPA dalam kemasan polikarbonat, sudah diatur jelas oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dengan batas aman.

“Boleh dimakan, boleh diminum, tapi ada standar keamanannya. Nah, standar keamanan ini berbeda-beda di setiap negara,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan bahwa BPA ada dimana-mana: di tanah, air dan udara. Menurut dia, kadar BPA pada ikan segar mencapai 13.000 mikrogram atau 13 mg.

Sementara BPOM telah menetapkan ambang batas aman migrasi BPA sebesar 0,6 bpj, jauh dari yang terdapat pada ikan segar. Jadi jangan terprovokasi oleh isu-isu tidak jelas yang menyulitkan hidup kita, katanya.

Ia juga mengeluhkan banyak ahli kimia, farmasi dan kesehatan yang mengklaim bahwa air minum dari botol galon polikarbonat yang kuat menimbulkan risiko kesehatan, termasuk kanker dan infertilitas. Ditambah lagi, menurut Zainal, yang disentuhnya hanyalah satu galon air polikarbonat keras. Faktanya, tingkat migrasi BPA tertinggi terjadi pada bahan kemasan lain, seperti makanan kaleng.

Makanya saya ragu. Apakah benar untuk promosi kesehatan atau persaingan usaha? Karena ada tanda-tandanya tidak tepat. .

Berdasarkan data tersebut dijelaskan bahwa meskipun bahan polikarbonat terfragmentasi atau membusuk karena gesekan dan lain-lain, namun zat kimia yang dihasilkan merupakan zat yang sangat kompleks dan bukan BPA.

Benar ada pembelahan dan penguraian, tapi BPA tidak terlihat, ketika kemasan polikarbonat terurai pada suhu 550 derajat Celcius maka BPA terlepas, ujarnya.

(buku)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *