Jakarta –
Pada Jumat (20/12/2024), ribuan barista atau pramusaji pabrik kopi Starbucks melakukan aksi mogok di beberapa kota di Amerika Serikat. Pemogokan tersebut melibatkan 10.000 barista yang menuntut kenaikan gaji, penempatan staf, dan perubahan jadwal kerja.
Menurut Reuters, protes terhadap bar Starbucks berlangsung selama lima hari, dimulai pada hari Jumat. Langkah ini juga menyebabkan penutupan beberapa kafe di Los Angeles, Chicago dan Seattle, dengan rencana perluasan di Columbus, Denver dan Pittsburgh.
Aksi serikat pekerja Starbucks ini mengikuti aksi mogok kerja yang dilakukan sebelumnya oleh para pekerja di industri otomotif, dirgantara, dan kereta api yang diduga dimenangkan oleh pengusaha.
Serikat pekerja Starbucks, Workers United, mengumumkan bahwa pemogokan akan meningkat setiap hari dan mencakup ratusan toko di seluruh Amerika Serikat pada Malam Natal. Workers United mengatakan mereka mewakili pekerja Starbucks di 525 toko di Amerika Serikat.
“10 dari 10.000 toko yang dioperasikan perusahaan diperkirakan akan tutup hari ini,” tulis serikat pekerja Starbucks dalam sebuah acara di Chicago, Jumat (20/12/2024).
Anggota Workers United Shep Searle mengatakan beberapa pelanggan Starbucks menyambut positif tindakan para pekerja tersebut. Dia mengatakan 100 persen pekerja di serikat Starbucks di Edgewater, Chicago, berpartisipasi dalam pemogokan tersebut.
Menurut dia, para pekerja tersebut mengalami berbagai praktik ketenagakerjaan yang tidak adil, termasuk tindakan disipliner, skorsing sponsor, dan pemecatan. Pekerja dibayar rata-rata $21 per jam, katanya. Gaji ini merupakan yang tertinggi sejak 2013.
Schepp mengatakan upah dianggap tidak memadai mengingat inflasi dan tingginya biaya hidup di kota-kota besar, terutama karena pekerja jarang mendapat waktu 40 jam seminggu.
Sebelumnya diberitakan, Workers United menolak usulan negosiasi dengan Starbucks. Negosiasi dimulai pada bulan April berdasarkan kesepakatan yang dicapai pada bulan Februari yang dapat membantu menyelesaikan beberapa tuntutan hukum yang tertunda.
Pada Kamis (19/12/2024), manajemen Starbucks mengaku telah mengadakan lebih dari sembilan pembicaraan dengan Workers United dan mencapai lebih dari 30 kesepakatan mengenai ratusan isu, termasuk isu ekonomi.
Perusahaan yang bermarkas di Seattle itu menyatakan siap melanjutkan negosiasi. Namun koalisi disebut-sebut mengakhiri pembicaraan pekan ini sebelum waktunya.
Dalam sebuah postingan di Facebook pada hari Jumat, serikat pekerja mengatakan mereka belum menerima tawaran yang dijanjikan oleh manajemen Starbucks. Padahal, masa negosiasi hanya tersisa kurang dari dua minggu hingga batas waktu tahunan.
Selain itu, serikat pekerja juga menolak tuntutan untuk tidak segera menaikkan upah dan jaminan kenaikan sebesar 1,5% di tahun-tahun berikutnya. Pada hari Jumat, 20/12/2024, manajemen Starbucks menulis: “Usulan serikat pekerja menyerukan kenaikan upah minimum per jam untuk karyawan sebesar 64% dan 77% selama kontrak tiga tahun. Ini tidak akan bertahan lama.”
Salah satu perwakilan serikat pekerja Starbucks dalam perundingan, Michelle Eisen, mengatakan usulan manajemen dinilai menyesatkan.
“Fakta bahwa Starbucks menolak tawaran kami adalah sebuah kesalahan dan mereka mengetahuinya. Kami siap mengisi gap tersebut, termasuk investasi baru pada barista di tahun pertama kontrak, ”ujarnya.
Sementara itu, serikat barista Starbucks mengumumkan telah mengajukan gugatan perburuhan baru di kafe tersebut. Serikat pekerja juga mengatakan Starbucks menolak bernegosiasi dan salah mengelola situasi keuangan.
Gugatan Workers United diajukan ke Dewan Hubungan Perburuhan Nasional (NLRB), menuduh Starbucks terlibat dalam praktik perburuhan ilegal dengan memecat pekerja pro-serikat pekerja dan menutup toko selama kampanye.
Pada kesempatan lain, Starbucks juga membantah melakukan kesalahan dan mengatakan bahwa manajemen menghormati hak pekerja untuk memilih apakah akan berserikat atau tidak. (rd / rrd)