Jakarta –
Awal tahun ini, Indonesia resmi menjadi anggota blok ekonomi Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan (Afrika Selatan), atau BRICS. BRICS adalah aliansi yang dibentuk pada tahun 2009 oleh Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan dan mewakili sekitar 35% PDB global.
Indonesia diperkirakan akan bergabung dalam BRICS dalam jangka waktu yang lama di tengah upaya pemerintah untuk menghilangkan ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) atau menurunkan nilai dolar. Hal ini sejalan dengan sebutan BRICS sebagai penantang kuat hegemoni AS, salah satunya adalah de-dolarisasi.
Bagi Indonesia, de-dolarisasi memberikan peluang untuk mengurangi dampak fluktuasi dolar AS terhadap perekonomian domestik. Namun di balik upaya tersebut terdapat ancaman sanksi yang juga akan dihadapi Indonesia dari Amerika Serikat yang cenderung melakukan pendekatan proteksionis terhadap negara-negara yang membatasi penggunaan dolar AS. Pertumbuhan ekspor Indonesia mungkin terhambat.
Mengapa Indonesia harus bergabung dengan BRICS sekarang? Misi apa yang Anda ikuti? Apa risiko dari perilaku ini?
Simak jawabannya di episode terbaru podcast Reject Poor: Menilai Peluang dan Resiko RI Pasca Gabung BRICS, bersama Ekonom Senior Tauhid Ahmad. Klik widget di bawah untuk mendengarkan atau melihat podcast Tolak Miskin di Spotify dan saluran podcast lainnya.
Tonton juga videonya: Berita IHSG hari ini setelah Indonesia masuk ke BRICS
(red/ed)