Jakarta –
Jumlah kecelakaan kerja meningkat dalam tiga tahun terakhir, kata Menteri Sumber Daya Manusia Yasirli. Berdasarkan data BPJS ketenagakerjaan, akan terjadi 298.000 kecelakaan kerja pada tahun 2022.
Pada tahun 2023, jumlah kecelakaan kerja meningkat menjadi 370.000 kasus, dan pada periode Januari hingga Oktober 2024, jumlah kecelakaan kerja mencapai 360.000 kasus.
“Dalam 3 tahun terakhir, angka kecelakaan kerja, termasuk penyakit akibat kerja, mengalami peningkatan. Pada tahun 2022, tercatat 298.000 kecelakaan kerja. Tahun 2023, Selasa (14/1/2025), ditayangkan di YouTube Kementerian Sumber Daya Manusia, kata Yasirli.
“Dari 298.000 menjadi 370.000. Dan pada Oktober 2024 jumlahnya akan mencapai sekitar 360.000,” lanjutnya.
Oleh karena itu, Yasirli mengingatkan pentingnya membangun budaya K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) di lingkungan kerja. Ia menegaskan, penurunan angka kecelakaan kerja harus menjadi prioritas nasional.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga mengingatkan bahwa industri akan menghadapi ancaman baru di masa depan, terutama terkait perkembangan teknologi dan permintaan global. Hal ini juga akan mempengaruhi terciptanya pola kerja baru
“Penggunaan teknologi canggih di bidang manufaktur akan memunculkan pola kerja baru yang berdampak pada kesehatan fisik dan mental pekerja. Risiko baru muncul ketika industri menggunakan bahan kimia atau menggunakan energi alternatif seperti LNG, hidrogen, dan lain-lain,” jelasnya.
Jika risiko tidak bisa diturunkan, kata Yasirli, dampaknya bisa sangat luas karena angka kecelakaan kerja tidak berkurang. Di sisi lain, angka kecelakaan kerja semakin meningkat, biaya pelayanan kesehatan meningkat, kualitas hidup karyawan menurun, dan hilangnya produktivitas.
“Salah satu langkah strategisnya adalah dengan menerapkan, mengkaji, dan menyempurnakan bagaimana sebenarnya sistem manajemen K3 diterapkan secara terintegrasi,” ujarnya.
Tonton juga videonya: Menteri ESDM: Hanya 5% lulusan perguruan tinggi yang bekerja di industri prioritas
(acd/acd)