Jakarta –

Sejak tiga tahun terakhir, jumlah penduduk di Tiongkok terus mengalami penurunan. Para ahli juga memperingatkan bahwa penurunan ini mungkin akan semakin buruk di masa depan.

Mengutip Time dan BBC, Biro Statistik Nasional (NBS) mencatat jumlah penduduk Tiongkok mengalami penurunan sebesar 1,39 juta menjadi 1,408 juta pada tahun 2024. Sementara itu, pada tahun 2023, Tiongkok akan memiliki jumlah penduduk sebesar ‘1,409 juta jiwa.

Angka kelahiran di Tiongkok turun menjadi 6,39 per 1.000 penduduk. Angka tersebut sebanding dengan negara-negara Asia Timur lainnya seperti Jepang dan Korea. Menurunnya angka kelahiran di Tiongkok salah satunya disebabkan oleh kebijakan “satu anak” yang berlaku sejak tahun 1980-an hingga tahun 2015.

Tiongkok juga mengizinkan pasangan untuk memiliki hingga tiga anak pada tahun 2021. Namun, kebijakan ini berdampak kecil. Banyak anak muda di Tiongkok yang memiliki hambatan dalam menikah, seperti faktor ekonomi atau peran penting dalam pekerjaan mereka.

Urbanisasi juga menjadi masalah karena rendahnya angka kelahiran di Tiongkok. Saat ini banyak penduduk yang berpindah dari pedesaan ke kota, sehingga memiliki anak akan lebih mahal.

Tren urbanisasi di negara ini juga meningkat pesat dengan bertambahnya 10,83 juta orang di kota. Jumlah penduduk perkotaan sebanyak 943,3 juta jiwa, sedangkan penduduk perdesaan berkurang 12,22 juta jiwa menjadi 464,78 juta jiwa.

Tingginya biaya perawatan dan pendidikan, serta ketidakpastian pekerjaan, ditambah dengan perlambatan perekonomian, juga menyebabkan banyak generasi muda menunda atau tidak menikah.

Tahun lalu, pemerintah Tiongkok meminta universitas-universitas untuk memasukkan studi terkait pernikahan dan cinta ke dalam kurikulum mereka. Hal ini untuk menekankan pandangan positif terhadap pernikahan, cinta dan keluarga. Tonton video “Video: Tren wabah HMPV di Tiongkok sudah ada di Malaysia” (dpy/suc)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *