Jakarta –
Wakil Menteri Pertanian Sudaryono mengumumkan rencana impor sapi perah untuk produksi susu lokal. Pasokan susu sapi impor untuk kebutuhan program pangan bergizi gratis (MBG) diperkirakan.
Sudaryono mengatakan, saat ini sudah ada Peraturan Pemerintah (PP) yang menunggu tanda tangan Presiden Prabowo Subianto untuk mendukung impor sapi perah di Indonesia.
Pasokan sapi perah tersebut akan berasal dari Australia, Brazil, Selandia Baru, Amerika Serikat (AS), dan Meksiko, catatan detikcom. Untungnya, melalui PP nanti, pemerintah bisa memperluas negara asal dengan mengimpor sapi perah jika diperlukan.
“PP ini baru jadi. Kita bisa impor dari beberapa negara tambahan, selain Australia dan negara terdaftar lainnya. Ditambah dari negara lain,” jelas Sudaryono di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (14/8). . 1/2025).
Total ada 1,3 juta sapi perah yang akan diimpor pada tahun 2029. Tahun ini saja, 200.000 ekor akan masuk ke Indonesia untuk pertama kalinya. Hingga kini, sebanyak 160 perusahaan telah mengajukan diri untuk berpartisipasi dalam proyek pembelian sapi di dalam dan luar negeri.
Ia juga menegaskan, upaya impor sapi bukan berarti Indonesia ingin menjadi pasar bagi negara lain. Namun model impor sapi ini akan berbentuk investasi susu.
“Harapannya di 2025 akhir tahun bisa mencapai 200.000. Itu semua soal lahan, pertaniannya mana. Yang jelas ini bukan negara pengimpor, tapi masyarakat berinvestasi. Masyarakat bisa bangun. Pabrik dari Indonesia untuk membuat susu dengan sapi impor, kata Sudaryono.
Sudaryono juga menjawab banyaknya keluhan kurangnya susu dalam diet MBG. Indonesia tidak mau mengimpor susu, kata dia, sehingga bagi yang tidak punya susu, sumber proteinnya diganti dengan bahan lain.
Tentu saja upaya yang dilakukan pemerintah dengan mengimpor sapi perah dari luar negeri untuk mendongkrak produksi susu lokal. Dengan begitu, susu untuk makanan MBG bisa didapatkan lebih luas di Indonesia.
“Sebenarnya Presiden ingin semua orang dapat susu, tapi susunya sudah kita impor semua, kalau impor semua kita ganti dulu dengan sumber protein lain dan mendatangkan sapi hidup agar produksi susu dalam negeri bisa mencukupi. selesai tepat waktu.” “, Sudaryono. menyimpulkan. (benda / gambar)