Jakarta –
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan mengaku kecewa dengan laporan Bank Dunia yang menyebutkan Indonesia termasuk negara terburuk dalam pemungutan pajak.
Bank Dunia menyampaikannya kepada Luhut saat berkunjung ke kantor DEN tiga pekan lalu. Luhut mengatakan Indonesia sebanding dengan Nigeria dalam hal ini.
“Beliau memberikan pemaparan, Indonesia termasuk negara yang memungut pajak paling buruk. Kita disamakan dengan Nigeria saat itu. Saya merasa tidak enak,” kata Luhut yang menjadi pembicara dalam konferensi Semangat Dini 2025 di Menara Dunia, Selatan. Jakarta. , Rabu (15/1/2025).
Saat itu, ia menyampaikan kepada Bank Dunia bahwa Indonesia berencana membangun Government Technology (GovTech). Ide pembuatan GovTech bermula dari penggunaan aplikasi PeduliLindungi di masa pandemi Covid-19.
“Kami tidak mengeluarkan uang ke sana, tapi dengan PeduliLindungi kami bisa mengatur pergerakan warga dan keamanan satu gedung, satu tempat, yang akan mengurangi penyebaran Covid saat itu, dan hingga saat ini terus berlanjut. katanya.
Saat ini, Kementerian/Badan Informasi Mineral dan Batubara (SIMBARA) mempunyai sistem informasi. Dalam grand plannya, Luhut mengatakan, SIMBARA akan mencakup seluruh sumber daya mineral.
Melalui sistem ini, seluruh aktivitas produksi, termasuk ekspor dan impor mineral, dapat tercatat dan dipantau. Saya berharap forum ini juga dapat mengurangi penipuan. Luhut mengatakan SIMBARA akan meningkatkan pendapatan negara sebesar 40%.
“Kemudian Bank Dunia berkata, ‘Nah, kalau pajak di bawah ini bisa kita kumpulkan dengan baik, kita bisa mendapat 6,4% PDB. Itu setara dengan Rp 1.500 triliun kekuatan yang bisa kita ambil, dan kita akan belajar, ujarnya.
Tonton juga videonya: Bank Dunia mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih dari 5 persen
(sc/gambar)