Jakarta –

Program Pangan Tidak Bergizi (MBG) membutuhkan tambahan anggaran hingga Rp 100 triliun. Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menjelaskan, rencana penambahan anggaran tersebut dilakukan karena Presiden Prabovo Subjanto ingin program makanan bergizi segera dilaksanakan sejalan dengan target memberi makan 82,9 juta orang.

Menurut dia, anggaran sebesar Rp 71 triliun yang dianggarkan pada tahun 2025 hanya cukup untuk membiayai penyaluran MBG kepada 17 juta penerima, masih jauh dari target.

“Nah, untuk saat ini jumlah tetapnya adalah 71 triliun rupiah. Kalau tidak ada suplemen hanya menjangkau 15 hingga 17,5 juta penerima,” jelas Dadan di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (17/1). /2025).

Ia mengatakan, dalam perhitungan awal Badan Gizi, untuk mencapai target 82,9 juta penerima pada akhir tahun 2025, dibutuhkan tambahan anggaran hingga Rp 100 triliun.

“Kalau perhitungan Badan Gizi, kalau penambahan di bulan September sebenarnya Rp 100 triliun cukup untuk memberi makan US$ 82,9 juta,” kata Dadan.

Terkait keputusan penambahan anggaran, dia mengatakan semuanya kembali ke Presiden Prabov Subjant. Menurut dia, Menteri Keuangan Shri Muljani Indrawati akan mengikuti semua keputusan Prabov.

“Beliau (Prabovo) punya keinginan untuk menjangkau semua penerima manfaat, otomatis anggarannya meningkat, dan tadi Menteri Keuangan sepertinya bilang semuanya tergantung presiden,” tutup APBD yang disumbangkan Rp 5 triliun.

Pemerintah juga akan mendorong penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk mendukung pelaksanaan program MBG. Total APBD yang siap dicairkan mencapai Rp5 triliun.

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengatakan, pihaknya membahas dukungan daerah terhadap program MBG dengan seluruh sekretaris daerah (sekda) melalui saluran telekonferensi.

Tito mengatakan, pelaksanaannya baru akan dimulai setelah September setelah pelantikan kepala daerah baru, akan ada perubahan anggaran dan APBD, serta dilanjutkan dengan pembangunan Unit Gizi (NUU) di sekolah. Diperkirakan ada sekitar 2.000 SPPG.

“Kalau ditambah APBD provinsi yang PAD-nya kuat bisa mencapai hampir Rp 5 triliun, sehingga bisa membangun kurang lebih 4.000 unit layanan sekolah,” kata Tito di tempat yang sama.

Menurut dia, ke depan masih harus dilihat bagaimana peran pemerintah daerah dalam pembangunan SPPG dan mendorong masyarakat memproduksi pangan dan hewan untuk memenuhi bekal program. Selain itu, terbuka opsi bagi pemerintah daerah untuk mengarahkan anggaran langsung ke sekolah, agar sekolah yang mengelolanya.

Tonton videonya: Anggaran Makanan Bergizi Gratis Rp 71 T Perjanjian Jokowi-Prabovo

(m/jam)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *