Jakarta –

Asosiasi Produsen Air Minum Dalam Kemasan Nasional (Asparminas) mengapresiasi langkah AKUA yang mulai beralih dari kemasan polikarbonat ke kemasan bebas BPA. Langkah ini sejalan dengan tren penggunaan liter air minum berlabel yang tidak menimbulkan risiko kontaminasi senyawa kimia berbahaya Bisphenol A atau BPA.

“Prediksi kami adalah tahun ini lebih banyak produsen air minum dalam kemasan bermerek akan mengikuti jejak AKUA, pemimpin pasar dalam industri air minum dalam kemasan, yang telah beralih dari galon plastik polikarbonat keras ke galon yang lebih sehat dan lebih baik.” berkualitas dan bebas BPA,” kata Sekretaris Jenderal Asparmina Nio Eko Susilo melalui keterangan tertulis, Kamis (1 September 2024).

Eko menjelaskan, tren tersebut didorong oleh perubahan preferensi konsumen yang menginginkan air minum kemasan ukuran galon yang sehat, bebas BPA, serta terjamin keamanan dan kualitasnya. Faktor lainnya adalah peraturan pemerintah mengenai risiko kesehatan dari konsumsi air galon bermerek yang dikemas dalam plastik polikarbonat keras.

Sebelumnya, pada April 2024, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) mewajibkan industri air minum dalam kemasan untuk menambahkan label baru yang memperingatkan bahaya BPA pada tahun 2028.

Peraturan ini menindaklanjuti temuan lapangan BPOM selama dua tahun berturut-turut yang menemukan kontaminasi BPA pada galon berlabel di sejumlah provinsi melebihi ambang batas bahaya.

Terkait hal tersebut, Eko menilai industri air minum dalam kemasan mampu beradaptasi dengan aturan pelabelan BPA. Hal ini menunjukkan kemampuan pemimpin pasar di industri AMDK untuk beralih dari kemasan galon polikarbonat ke kemasan galon bebas BPA dalam waktu singkat.

“Saat ini hampir di seluruh wilayah Jakarta, para pemimpin pasar sudah mempensiunkan galon polikarbonat dan menggantinya dengan galon bebas BPA yang tampilannya lebih segar, bening dan terjamin bebas risiko kontaminasi BPA,” ujarnya.

Eko menjelaskan peralihan ke kemasan galon yang dilakukan pemimpin pasar di wilayah Jakarta ini menyusul keberhasilan penerapan serupa di Bali dan Manado dalam tiga tahun terakhir.

“Hal ini memberikan pesan kepada pelaku industri lainnya bahwa perubahan ini dapat dilakukan dan industri berkomitmen untuk menyediakan air minum bermerek yang aman bagi kesehatan konsumen,” jelasnya.

Ia juga optimistis produsen air minum lainnya yang berjumlah 1.100 perusahaan di seluruh Indonesia akan segera mengikuti jejak AKUA dan beralih ke kemasan galon bebas BPA.

“Semua produsen AMDK peduli dengan kesehatan konsumen, sehingga peralihan ke kemasan galon bebas BPA hanya tinggal menunggu waktu saja,” ujarnya.

Berdasarkan data industri, tercatat dari sekitar 170 juta liter air minum bermerek yang beredar di pasaran setiap tahunnya, sekitar 95% di antaranya menggunakan kemasan plastik keras polikarbonat, yang diproduksi dengan mengolah senyawa kimia BPA. Residu BPA yang terdapat pada galon polikarbonat diketahui rentan larut (bermigrasi) di dalam air dan tertelan oleh konsumen.

Menurut Eko, konsumen kini semakin sadar akan risiko kesehatan akibat paparan BPA, khususnya paparan BPA akibat migrasi BPA dalam wadah galon polikarbonat.

Sayangnya, Eco menilai masih banyak konsumen yang belum bisa membedakan kemasan air minum bermerek bebas BPA dengan yang masih menggunakan plastik polikarbonat.

Padahal, menurut beberapa keterangan resmi BPOM, paparan BPA dalam tubuh bisa dikaitkan dengan banyak penyakit. Ini termasuk gangguan reproduksi pria dan wanita, diabetes dan obesitas, gangguan kardiovaskular, gangguan ginjal, kanker, perkembangan kesehatan mental, dan gangguan spektrum autisme serta gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif pada anak.

“Masyarakat awam sebenarnya bisa dengan mudah mengetahui galon bebas BPA dengan memperhatikan kode nomor plastik di bagian bawah kemasan. Jika tertulis angka 1, seperti pada semua merek kemasan botol, berarti kemasan tersebut dibuat. dari plastik polietilen tereftalat ( PET) yang bebas BPA Sedangkan jika tertera angka 7 seperti galon pada umumnya berarti produk tersebut menggunakan plastik polikarbonat yang diolah menggunakan senyawa kimia BPA, tutupnya.

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *