Jakarta –

Pedagang musim Imlek di kawasan Glodok Pancoran, Jakarta Barat, bisa meraup keuntungan hingga jutaan rupiah setiap harinya hingga Imlek. Namun ternyata ada kalanya para pedagang tersebut menghadapi kerugian yang cukup besar.

Penjual manisan Imlek yang sudah 13 tahun berjualan di kawasan Glodok, Alam mengatakan momen itu hanya terjadi saat wabah Covid-19 melanda Indonesia.

Menurutnya, saat itu banyak pedagang yang tidak menyangka barangnya akan sepi karena pembatasan yang diberlakukan pemerintah saat itu. Padahal saat itu para pedagang sudah mengeluarkan banyak modal untuk membuka lapaknya.

“Saya berjualan di sini selama 13 tahun, hanya hilang saat pandemi, lalu orang tidak boleh keluar, jadi kerumunannya online, jadi agennya masih untung, itu saja, sebelum pandemi. sibuk lagi,” kata Alam saat ditemui Detek, Senin (20/1/2025).

Soalnya tidak semua permen Imlek tahun ini bisa dijual kembali tahun depan, apalagi yang bermotif uang. Akibatnya, ia harus membuang sisa barang yang tidak laku.

“Koin banyak yang dibuang. Kita tidak bisa simpan, 12 tahun tidak terpakai. Koin diputar 12 tahun sekali,” jelasnya.

Tak tanggung-tanggung, Alam mengaku saat itu mengalami kerugian hingga Rp 80 juta akibat wabah tersebut. Sedangkan bagi pedagang lainnya, setahu mereka kerugiannya mencapai jutaan tergantung banyaknya barang yang dibelinya.

“Saya rugi sampai Rp 80 juta. Saat itu rata-rata semua rugi Rp 90 juta, ada yang sampai Rp 100 juta. Ya, paling tidak agennya masih bisa berjualan online. Kami online. Mau antre. Dan harganya tidak tercantum, ulama tidak menjelaskan.

“Makanya kami juga tidak berharap banyak sepi di masa pandemi ini. (Karena menjelang Imlek tidak pernah sepi?) Iya tidak pernah sepi, selalu untung. Imlek Sebelum tahun jadi keuntungan bisa menutupi makanan untuk satu orang. tahun jika jumlah tersebut tidak dikembalikan untuk modal tahun depan,” tambahnya.

Untungnya, setelah pandemi berakhir, Chinatown terbesar di Jakarta mulai dipenuhi pembeli menjelang Tahun Baru Imlek, termasuk tahun ini. Berkat hal ini, para pedagang termasuk dirinya dapat memulihkan kerugian mereka selama pandemi.

“Cuma pandemi, sudah sibuk, sudah sibuk sejak tahun lalu, jadi yang punya utang karena kerugian sebelumnya bisa membayar sekarang,” kata Alam

Meski begitu, kata dia, penjualan pernak-pernik Imlek saat ini tidak sebaik tahun-tahun sebelumnya. Meski demikian, ia sendiri belum bisa memastikan berapa jumlah pembeli yang akan datang pada Sabtu dan Minggu mendatang.

“Selama ini kita belum tahu besok atau lusa. Sabtu dan Minggu saat Imlek biasanya paling sibuk, tapi sejauh ini lebih sedikit dibandingkan tahun lalu.”

Rose, pedagang Tahun Baru Imlek lainnya, juga menyampaikan sentimen yang sama, mengatakan bahwa daerah tersebut selalu sibuk dengan pembeli sebelum Tahun Baru Imlek.

Diakuinya pula, jumlah pembeli yang datang sejauh ini lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Meski menurutnya penurunan tersebut tidak signifikan.

“Dibandingkan tahun lalu, turunnya sedikit, tidak seberapa, sekitar 10%. Selebihnya, seperti stiker atau angpao, masih laris manis,” kata Ros. (fdl/fdl)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *