Jakarta –

Elang Jawa masih bertahan hingga saat ini. Mereka memiliki keunikan di punggungnya dan salah satunya terletak di kawasan Bremo.

Dalam rilis terbaru (TNBTS) Taman Nasional Bromo Teger Semer (TNBTS), wilayah tempat mereka beroperasi masih dihuni oleh Elang Jawa. Mereka disebut-sebut sebagai predator domestik di Pulau Jawa.

“Elang jawa (Nicetus bartli) dianggap sebagai lambang negara, lambang Indonesia kita tercinta, sebut saja #dibatwariwitter,” Rabu (22/1/1/224).

Burung Cerek Jawa merupakan burung pemangsa endemik Pulau Jawa, ujarnya.

“Dengan keindahan dan kepentingannya di Javaskim, Elang Jawa merupakan salah satu individu yang wajib kita jaga. Harapannya bisa lestari di alam liar. Selamat mencoba konservasinya.

Elang Jawa merupakan salah satu jenis burung endemik. Hewan ini pertama kali ditelusuri kembali ke keluarga Marthal Jerman.

Baca kisah kisah keluarga Beatarles di website resmi GENUNG GEDA PANGNONO. Sejarah menyebutkan, selain elang jawa, keluarga Bartz juga menemukan 21 spesies, antara lain burung, kelelawar, dan hewan pengerat. Tujuh diantaranya masih masuk dalam Daftar Merah IUCN (Endangered Species List).

Lantas, bagaimana kisah keluarga Bartz yang menemukan banyak spesies hewan, termasuk Elang Jawa, di Sukabumi?

Keseluruhan cerita ini tidak lepas dari museum dan rumah keluarga Bartz di Passich Dattata.

Tempat ini masih disponsori oleh GINGE GEDA PANGRANGING (BTRGPP).

Max Edt Gottlieb Berls, pria ini lahir pada tanggal 7 April 1936 dan meninggal pada tanggal 7 April 1936. Ia lahir di BIELEFELD, Jerman. Ia lahir di BIIELEFELD, Jerman.

Dia telah menjadi anggota Deutsche Ornithologische Gesellschaft (Perkumpulan Ornitologi Jerman) yang berbasis di perhotelan sejak tahun 1903.

Pada tahun 1895, pria berusia 24 tahun itu berangkat ke Jawa untuk menghindari dinas militer di Jawa. Ia tertarik pada satwa liar, khususnya burung.

Meg Bartz bekerja di Perkebunan Teh Pangrango yang kini menjadi Pasish Data Ramp, Sukabumi. Pada tahun 1898, karena kegigihannya, Meg Bartz diangkat menjadi manajer perkebunan.

Pada tanggal 19 Agustus 1901. Meg Barplus Bertels Angelina Cardpitan Henriette Menritette Mitrittebu, pelukis Belanda. Karya istrinya bahkan dipamerkan di Museum Ilmu Pengetahuan Alam di Leiden.

Pernikahan tersebut dikaruniai tiga orang anak, Dr. Max Bartz JR (1902-1943), Ernst Bartz (1904-1976) dan Hans Martz (1906-1997).

Meg Bardles mempunyai hobi mengoleksi pola binatang terutama aneka burung dan telur, harimau jawa, macan tutul, mencit, mencit, banteng dan lain-lain. Koleksi tersebut terdaftar sebagai koleksi keluarga Breitl dan kini disimpan di Museum Nasional (NMNH) Leiden.

Berkat hobinya, beberapa burung, tikus, dan tupai berhasil diidentifikasi berdasarkan koleksinya. Oleh karena itu, dalam nama latin hewan tersebut digunakan nama Barl, Max dan Angelina. “Petugas pemadam kebakaran masih menjadi ancaman dengan pemadaman kebakaran di TNBTS” (MSL/FEM)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *