Jakarta –
Menyusul kemenangan Donald Trump pada kursi kepresidenan 2025-2029, kebijakan Amerika Serikat (AS) menimbulkan kekhawatiran. Menurut Luhut Binsar Pandjaitan, Ketua Dewan Ekonomi Nasional, kebijakan Donald Trump diperkirakan akan memperlambat perekonomian global. Inflasi juga diperkirakan akan meningkat.
“Kita melihat dampak dari kekuasaan presiden kedua Trump ini,” kata Luhut.
Luhut mengaku memahami gaya kepemimpinan Trump karena ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian. Menurutnya, Trump adalah orang yang santai, namun jika menyangkut kepentingannya sendiri, reaksinya akan sangat keras.
Dan saya melihat Elon Musk, Menteri Produktivitas, yang saya kenal baik. Yakinlah, mereka akan melakukan ini (efektif) dan mengurangi anggaran yang mereka miliki (APBN) hingga 2 triliun dolar AS. “Dia berkata,” katanya.
Selain itu, menurut Luhut, perlu kehati-hatian dalam proses kerja sama atau negosiasi dengan Trump. Hal ini berdasarkan pengalaman Presiden Joko Widodo (Jukovi) selama menjabat posisi Menteri.
Kita harus pintar dalam bernavigasi. Trump punya bisnis di Amerika. Bara. Bara. “Bagus untuk saat ini.”
Luhut juga menambahkan, pihaknya berkomunikasi dengan Amerika Serikat melalui Global Council. Ia ingin ikut mengarahkan kebijakan Donald Trump ke depan.
“Singkatnya, kita bertanya apa yang terjadi di Amerika? Bagaimana pendapat Anda mengenai kebijakan ini? Supaya kita bisa beradaptasi di sana juga. Karena kalau tidak, perekonomian AS akan sangat berpengaruh. Hubungan kita dengan Tiongkok tidak sepenting sekarang. .”
Di sisi lain, Luhut juga menegaskan perekonomian Tiongkok sedang berada dalam situasi sulit. Dalam materi yang disampaikan Luhut disebutkan pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada kuartal I 2024 meningkat sebesar 5,3%. Angka tersebut mengalami penurunan sebesar 4,7% pada triwulan II tahun 2024 dan 4,6% pada triwulan III.
Saat ini, pemerintah China telah melakukan langkah besar hingga mencapai 3,4 triliun dolar AS (nilai tukar Rp 54,06 Kuadriliun). Angka tersebut membutuhkan 19% produk domestik bruto negara tirai bambu tersebut.
Luhut mengatakan, “Pemerintah Tiongkok memberikan insentif yang besar karena situasi perekonomian yang baik.” Sekarang situasi perekonomiannya sangat buruk.
“Karena mereka tidak bisa menjual tanah di provinsi ini, di wilayah ini, mereka tidak bisa meminjam uang, mereka tidak bisa membekukan perekonomian mereka. Tapi hal itu tidak bisa dilakukan saat ini.”
Menurut dia, hal tersebut akan mempengaruhi keadaan pasokan atau kelebihan pasokan barang sehingga memungkinkan produk membanjiri negara mitra seperti Indonesia.
Bayangkan dampaknya? Bisa saja di kemudian hari ada stoknya, ujarnya. (CCA A.A.A.A.A.A.)